15 Juni 2022
PT Dirgantara Indonesia atau PT DI, melakukan serah terima 1 Unit Pesawat CN235-220 Maritime Patrol Aircraft (MPA) dan 2 Unit Helikopter Anti Kapal Selam (AKS) kepada Kementerian Pertahanan, pada Rabu (15/6).
Serah terima itu dilakukan Direktur Utama PT DI Gita Amperiawan kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, sebagai kontrak jual beli antara Kemenhan RI dengan PT DI.
Gita mengatakan, pesawat CN235 ini merupakan pesawat angkut militer yang didesain untuk menunjang kebutuhan operasi TNI Angkatan Laut (AL) khususnya dalam misi patroli maritim.
"Dengan kemampuan endurance 8 jam dan kemampuan short take off air landing kurang dari 760 M, pesawat ini dilengkapi dengan mission system yang terintegrasi dalam mission management system (MMS) dengan beberapa perangkat pendukung, yaitu Electronic Support Measure (ESM), electronic optic tracking system (EOTS), dan automatic identification system (AIS)," kata Gita dalam sambutannya, Rabu (15/6).
Melalui serangkaian modifikasi dari pesawat ini, Gita menyampaikan telah terserap 122 ribu manhours PT DI di area engineering, di mana 30,1 persen di antaranya merupakan engineer milenial PT DI.
"Sedangkan jumlah manhours di area produksi adalah 393 ribu manhours dengan kontribusi tenaga milenial yang mencapai 40 persen di area produksi,” ujar Gita.
Selain itu, PT DI juga menyerahkan 2 unit helikopter AS 565 MBE Panther Anti Kapal Selam (AKS) yang merupakan merupakan helikopter panther pertama di Indonesia bahkan di dunia yang dilengkapi dengan sistem Anti Kapal Selam (AKS).
Penyerahan helikopter Panther AKS (photo : Republika)
Sementara itu, Menhan Prabowo Subianto dalam sambutannya mengatakan serah terima ini merupakan bentuk upaya dan tekad memperkuat Industri Pertahanan di Indonesia.
"Hari ini kita menyaksikan suatu penyerahan hasil kerja PT DI, untuk memperkuat TNI. Kita tidak tahu kapan bahaya mengancam, karena itu kalau kita mau selamat, mau tidak mau TNI harus kuat, bangsa ini harus kuat," ujar Prabowo.
Prabowo mengatakan, Industri pertahanan Indonesia sangat vital bagi keselamatan dan kelangsungan hidup bangsa. Untuk itu, hal ini dilakukan sebagai upaya menjaga aset, investasi bangsa, dan meraih teknologi yang lebih maju di Indonesia.
"Indonesia butuh merebut teknologi tinggi untuk kelangsungan hidup bangsa kita. Kita negara kepulauan, kita tergantung udara dan maritim," ujarnya.
(Kumparan)