Menengok Sisa-sisa Landing Vehicle Tracked (LVT) di Tambrauw Papua Barat

09 Juli 2023


Kendaraan pendarat amfibi beroda rantai (LVT) tentara Sekutu Perang Dunia II di Tambrauw, Papua Barat (photos : Okezone)

Menyingkap Cerita di Balik Tank-Tank Sisa Perang Dunia II di Papua Barat

Nama besar Jenderal Douglas MacArthur erat kaitannya dengan Perang Dunia II yang terjadi di wilayah timur Indonesia. Ia dikenal karena memimpin pasukan Sekutu melawan Jepang di Morotai.

Namun tak banyak yang tahu bahwa sebelum ke Morotai, MacArthur lebih dulu datang ke Jayapura, Papua pada 1944. Dari Jayapura, pasukannya bergeser ke Sausapor (sekarang ibu kota sementara Kabupaten Tambrauw), Papua Barat untuk memutus rantai logistik tentara Jepang yang saat itu menguasai Papua.


Sisa-sisa sejarah pertempuran tentara Sekutu melawan tentara Jepang ada di sebuah hutan di Kampung Es Mambo, Distrik Kwor. Peninggalannya berupa tank-tank jenis Landing Vehicle Tracked (LVT) atau kendaraan perang amfibi milik Angkatan Laut Amerika Serikat. Pada masa Perang Dunia II yang terjadi selama 1939-1945, LVT digunakan oleh para tentara dari AS, Inggris, dan Kanada.

Bersama rombongan Kementerian Pariwisata, Okezone mengunjungi dua titik lokasi tempat 9 tank tersimpan pada Rabu, 6 Maret 2019. Di titik pertama terdapat 5 tank amfibi, sisanya berada di titik kedua yang lokasinya hanya berjarak sekira 100 meter.

Pendaratan pasukan Sekutu dengan LVT (photo : museumofamericanarmor)

Dikelilingi pepohonan yang tumbuh lebat menjulang, kondisi tank-tank sudah rusak berat, berkarat, dan berlumut. Usut punya usut, kerusakan itu sengaja disebabkan oleh tentara Amerika Serikat agar tidak dapat digunakan lagi.

Isak (50), warga setempat yang juga bertugas menjaga dan membersihkan tank-tank tersebut turut menceritakan sejarah yang ia dengar dari keluarganya. Kakeknya adalah salah satu warga yang direkrut tentara Sekutu untuk membantu melawan Jepang.

Kendaraan pendarat LVT 3, mirip kendaraan KAPA era Uni Sovyet (photo : net maquettes)

"Kakek saya bergabung dengan tentara Sekutu. Tentara Amerika merekrut masyarakat untuk melawan Jepang. Masyarakat ikut melawan karena Jepang kasar. Setiap kali bertemu warga, suka langsung pukul," ungkap Isak.

Perangai tentara Jepang yang kasar kepada warga dimanfaatkan tentara Sekutu untuk membangun kekuatan. Distrik Sausapor, oleh Sekutu disebut Sansapor kemudian digunakan sebagai markas besarnya. Sausapor dinilai strategis karena lokasinya berada di antara Manokwari dan Sorong, dua wilayah yang dikuasai Jepang.

Kendaraan pendarat LVT 3, mirip kendaraan KAPA era Uni Sovyet (photo : 447bbg)

"Pasukan MacArthur memotong perbekalan tentara Jepang sehingga logistik Jepang lemah, membuat mereka kocar-kacir," jelas Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Tambrauw, Abraham D. E. Mayor.

Usai tentara Sekutu berhasil mengalahkan Jepang, tank-tank amfibi sengaja dirusak sendiri. Bahkan lapangan udara yang digunakan pasukannya saat itu dihancurkan dengan membuat lubang-lubang besar.

Kendaraan pendarat LVT 4 (photo : Topwar)

"Setelah mau pulang, mereka rusak tank-tank dan disembunyikan di pohon-pohon. Sengaja dirusak biar tidak digunakan lagi. Termasuk di bandara dikasih lubang-lubang untuk menghilangkan jejak," kata Isak.

Kini lokasi lapangan udara tersebut dibangun kembali menjadi Bandara Douglas MacArthur. Dalam proses pembangunan, Isak mengaku dirinya turut menutup lubang-lubang yang dibuat tentara Sekutu.

Kendaraan pendarat LVT 4 (photo : Topwar)

Keberadaan tank-tank di Distrik Kwor tersebut akan dimanfaatkan oleh pemerintah daerah setempat sebagai wisata sejarah. Dalam waktu dekat, akses dari jalan menuju lokasi kendaraan tempur peninggalan Perang Dunia II akan dibuat jembatan. Menara pandang pun akan dibangun untuk memungkinkan wisatawan melihat keseluruhan tank-tank tersebut dari atas.

Subscribe to receive free email updates: