Mengintip Skadik 105, Penghasil Penerbang Helikopter TNI AU

22 Maret 2023

Helikopter EC 120B Colibri di Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Suryadarma, Subang, Jawa Barat (photo : Kompas)

Skadik 105 merupakan skadron baru yang terbentuk dari pecahan fungsi Skadron Udara 7. Skadron ini diresmikan pada 1 September 2022. Awalnya, Skadron Udara 7 yang memegang peran operasional dan pendidikan. Karena itu, terbentuknya Skadik 105 merupakan awal baru perkembangan ”percetakan” pilot helikopter di Tanah Air.

Komandan Skadron Udara 7 Letnan Kolonel (Pnb) Taufik ”Perisai” Agus Hidayat mengatakan, Helikopter EC 120B Colibri pada dasarnya berfungsi untuk operasi khusus. Ini seperti mengangkut orang penting dan mendistribusikan muatan ke daerah terpencil.

Hal inilah, kata Taufik, yang perlu dipahami para siswa yang memantau dari kejauhan. Meski hanya sekadar melihat, mereka dapat belajar bahwa EC 120B Colibri dapat gesit bergerak di udara. Manuvernya lincah seolah tak terpengaruh hambatan.

Komandan Skadron Pendidikan 105 Lanud Suryadarma, Letnan Kolonel (Pnb) Zen MAP, menyatakan, helikopter jenis Colibri hanya sebagai ilmu dasar penerbangan yang dapat diaplikasikan pada helikopter lainnya.

Meski baru sekitar enam bulan beroperasi, Skadik 105 memiliki 30 siswa dari dua angkatan sekolah penerbangan (Sekbang). Dari jumlah itu, sebanyak 11 siswa dari Sekbang 102 Akademi Angkatan Udara (AAU) dan 19 siswa Sekbang 100 dari Prajurit Sukarela Dinas Pendek (PSDP). Dari 30 siswa itu, ada satu siswa merupakan wanita angkatan udara (Wara). Dalam proses pendidikan, kata Zen, tak ada perbedaan perlakuan antarjender. Mulai dari hak, kewajiban, hingga hukuman semua dianggap setara. Hanya toilet dan kamar tidur yang berbeda.

Mesin helikopter EC 120B Colibri (photo : Kompas)

Untuk menempuh pendidikan di Skadik 105, setiap siswa perlu mendapatkan 100 jam terbang dengan pesawat Grob G-120 TP-A di Lanud Adisucipto, DI Yogyakarta. Setelah itu mereka baru bisa belajar menerbangkan pesawat sayap-putar (rotary-wing).

Selain metode penerbangan, tak ada perbedaan signifikan antara pesawat sayap-tetap dan sayap-putar. Namun, tak ada jaminan pilot yang mahir menerbangkan pesawat sayap-tetap akan baik pula dalam mengoperasikan sayap-putar. Hal ini juga berlaku untuk sebaliknya.

Seluruh tantangan diharapkan tak jadi penghalang para siswa untuk belajar menjadi pilot helikopter andal. Skadik 105 menjadi ruang mereka ditempa. Tahap pendidikan memungkinkan tak semua siswa lulus dan menjadi pilot. Masih ada peluang gagal, tak lulus, dan dikembalikan sebagai sipil atau mengulang sekolah.

Menurut Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara Marsekal Pertama Indan Gilang Buldansyah, ruang pendidikan calon penerbang harus diperluas. Ini karena setiap pilot membutuhkan jam terbang untuk meningkatkan kapasitasnya.

”Dari segi jumlah helikopter (EC 120B Colibri) masih cukup untuk digunakan seluruh siswa. Belum ada rencana untuk ditambah (jumlahnya),” ungkap Indan.

Total ada 11 unit helikopter EC 120B Colibri di Lanud Suryadarma–gabungan Skadron Udara 7 dan Skadik 105. Dari jumlah itu, Skadik 105 hanya memiliki lima unit helikopter.

See full aticle Kompas

Subscribe to receive free email updates: