Tahun 2010, Australia membeli 24 F/A-18F sebagai akuisisi sementara karena tertundanya pengiriman Lockheed Martin F-35 (photo : Aus DoD)
Australia mengatakan pihaknya sedang mempertimbangkan “berbagai pilihan” untuk kebutuhan pesawat tempurnya di masa depan.
Armada tempur Royal Australian Air Force (RAAF) mencakup tiga skuadron, yang terdiri dari dua skuadron Lockheed Martin F-35A Lightning II dan satu skuadron Boeing F/A-18F Super Hornet.
Untuk memperkuat kemampuan tempur udara di masa depan, Australia telah mempertimbangkan akuisisi 30 F-35 tambahan untuk menggantikan Super Hornet di bawah Project Air 6000 Phase 6 pada pertengahan tahun 2020-an.
Namun, Departemen Pertahanan (DoD) juga telah mengindikasikan bahwa persyaratan tersebut dapat dipenuhi dengan terus melakukan peningkatan pada armada F/A-18F-nya. Langkah ini juga dapat mendorong RAAF untuk mengganti Super Hornet di kemudian hari dengan platform generasi kelima atau keenam yang berbeda.
“Ada beragam pilihan yang sedang dipertimbangkan untuk armada tempur udara masa depan,” kata juru bicara Departemen Pertahanan Australia kepada Janes. “Perpaduan kekuatan akan dibentuk oleh strategi pertahanan nasional (Defence Strategy Review/DSR) Australia, dan semua opsi yang tersedia dan sesuai dengan kebutuhan Australia akan dievaluasi.”
Defence Strategy Review (DSR) Australia tidak menyebutkan akuisisi tambahan terhadap F-35. Namun, dokumen tersebut menetapkan peran berkelanjutan armada F/A-18F: mengoperasikan Rudal Anti-Kapal Jarak Jauh (LRASM) AGM-158C. Anggaran pertahanan Australia tahun 2023-2024 juga menunjukkan bahwa pengiriman F/A-18F (dalam jam terbang) akan berlanjut setidaknya hingga tahun 2027.
“(Departemen Pertahanan) terus melakukan peningkatan bertahap pada armada F/A-18F Super Hornet RAAF,” kata juru bicara Departemen Pertahanan. “Program "spiral upgrades" memberikan jaminan kemampuan berkelanjutan, termasuk menjaga interoperabilitas dengan AS dan sekutunya.”
(Jane's)