Jakarta (ANTARA) - Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono berkomitmen meningkatkan teknologi hidro-oseanografi milik TNI AL untuk pemetaan bawah laut secara baik.
"Wilayah kita 70 persen adalah lautan, dimana bawah lautnya ini yang belum diangkat, disurvei, dan digambarkan secara baik. Sehingga, kami meningkatkan terus teknologi tentang hidro-oseanografi," kata Yudo di sela-sela Seminar Nasional Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL) di Graha Jalapuspita, Jakarta, Rabu.
Ke depan, lanjut dia, Kotama Pembinaan TNI AL yakni Pusat Hidro-Oseanografi Angkatan Laut (Pushidrosal) akan terus didorong untuk memiliki fungsi besar dengan potensi wilayah laut Indonesia yang sangat luas itu.
TNI AL saat ini mengoperasikan kapal littoral survey vessel KRI Rigel 933 dan KRI Spica 934 buatan galangan OCEA Prancis, peralatan kedua kapal ini cukup modern (photo : Eugene Gillet)
"Dan tentunya, Hidro-oseanografi ke depan juga harus memiliki peran yang sangat besar, baik untuk bidang kemiliteran maupun bidang khususnya perekonomian," tambahnya.
Eks Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) I itu mengaku banyak kasal dari negara lain ingin menjalin kerja sama dengan TNI AL terkait hidro-oseanografi atau ilmu pengetahuan yang mempelajari proses-proses fisis, dinamis, dan kimiawi di perairan laut.
Namun, Yudo masih mempertimbangkan mana saja hal yang bisa dijadikan bahan kerja sama dengan negara lain, karena hidro-oseanografi memiliki esensi kerahasiaan cukup tinggi.
"Tentunya, karena hidro-oseanografi ini juga memiliki kemiliteran dan memiliki kerahasiaan yang tinggi, masih saya pertimbangkan dulu mana yang bisa dikerjasamakan dan mana istilahnya wilayah perekonomian yang bisa dikerjasamakan," jelasnya.
Kemhan dan galangan Jerman Abekin & Rasmussen pada bulan September 2021 lalu bernegosiasi untuk pengadaan ocean-going survey ship bagi TNI AL. Galangan ini banyak memproduksi kapal jenis twin-hull, sejenis dengan kapal ocean-going survey ship USNS Effective (photo : dvids)
Penerapan hidro-oseanografi di Indonesia sudah mendapat pengakuan dari dunia internasional, yakni International Hidro-Oseanografi Organisation (IHO). Oleh karena itu, Yudo berharap sumber daya manusia (SDM) STTAL ke depan dapat terus dikembangkan.
"Seperti yang disampaikan Pak Luhut, kalau perlu dikembangkan SDM-nya, ada lulusan S3, jangan hanya S1 dan S2 saja. Karena tadi beliau melihat produk-produk dari para mahasiswa STTAL yang telah merancang teknologi yang bagus dan bisa dikembangkan di dalam negeri," ujarnya.
Turut hadir dalam seminar itu ialah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang juga bertindak sebagai pembicara kunci.
(Antara)