03 Januari 2022
F-35 dan C130J untuk TNI AU (images : Lockheed Martin)
MYLESAT.COM – Raksasa pertahanan Amerika Serikat, Lockheed Martin, menerima kontrak dari US Naval Air Systems Command untuk mengembangkan varian terbaru jet tempur F-35 Lightning II JSF (Joint Strike Fighter) untuk ekspor (foreign customer). Apakah hanya untuk negara sahabat terpercaya bagi AS?
Menurut pengumuman kontrak yang dikeluarkan Departemen Pertahanan AS, Lockheed Martin telah menerima kontrak biaya-plus-insentif-biaya senilai 49 juta dolar AS.
Dengan nilai kontrak ini, Lockheed Martin akan menyediakan rekayasa dan kegiatan terkait lainnya untuk mendukung desain dan pengembangan varian F-35 JSF yang disesuaikan untuk pembeli berdasarkan FMS (Penjualan Militer Asing) yang tidak ditentukan.
Pekerjaan, yang diharapkan selesai pada Desember 2026, akan dilakukan di beberapa tempat dengan persentase berbeda.
Di mulai dari di Fort Worth, Texas (77%); Redondo Beach, California (14%); Orlando, Florida (6%); Baltimore, Maryland (1%); Owego, New York (1%), dan Samlesbury, Inggris (1%).
Juga dicatat bahwa dana FMS senilai 49 juta dolar AS akan diwajibkan pada saat pemberian, tidak ada yang akan kedaluwarsa pada akhir tahun fiskal saat ini.
Dengan lebih dari 700 F-35 yang sekarang dikirim ke AS dan operator internasional, dampak armada global berkembang menjadi sangat luas. Secara signifikan meningkatkan kekuatan gabungan Sekutu.
Ketika armada jet tempur generasi kelima ini tumbuh di berbagai belahan dunia, menjadi kekuatan berbasis aliansi yang dibutuhkan untuk menghalangi atau mengalahkan pesaing yang hampir setara kemamapuannya.
Saat ini pesawat tempur F-35 Lightning II JSF beroperasi dari 21 pangkalan udara di seluruh dunia. Lebih dari 1.460 pilot dan 11.025 personel darat telah dilatih.
Menurut Lockheed Martin, secara akumulatif dari keseluruhan armada F-35 telah melampaui 430.000 jam terbang.
Pesawat tempur F-35 termasuk di antara alutsista yang disebut-sebut diincar Indonesia. Meskipun sulit untuk mendapatkan jet tempur ini, namun tentu juga bukan tidak mungkin.
Ditilik dari harga, memang selangit mendekati 100 juta dolar AS per unit untuk varian land-based F-35A. Namun Forbes mencatat pada Juli 2021, harga per unit jet ini turun hingga ke angka 78 juta dolar AS.
Ini membuktikan bahwa pembangunannya yang mahal dan berlarut-larut, akan dibuat kembali oleh skala ekonomi saat jet ini memasuki layanan.
Masih menurut Forbes, dengan harga 78 juta dolar, biaya unit F-35A dinilai masih lebih baik dibanding pesaingnya namun beda kelas seperti Rafale, Typhoon, Gripen-E dan F-15EX. Harga jet-jet ini berkisar di angka 85 hingga 100 juta dolar AS.
Sedangkan F-16 Fighting Falcon dan F/A-18 Super Hornet yang lebih tua, sedikit lebih murah dengan harga masing-masing berkisar 65 hingga 75 juta dolar.
Meskipun pesawat-pesawat ini memiliki keunggulan tertentu dibanding F-35, kesemuanya jauh lebih rentan terhadap rudal antipesawat jarak jauh yang berkembang pesawat di militer dunia.
Namun jika pemerintah Indonesia dan TNI AU sangat berkeinginan memiliki F-35, Mike Kelley, Business Development Director Lockheed Martin dalam wawancara virtual dengan sejumlah situs berita Indonesia pada Mei 2021, memberikan bocoran.
“Kami melihat berita yang menyebutkan tujuan akhir Indonesia adalah mendapatkan jet tempur F-35. Lockheed Martin memang memproduksi pesawat ini, namun pemerintah AS lah yang akan mempertimbangkan potensi penawaran untuk Indonesia,” kata Mike Kelley.
Dijelaskannya, pemerintah AS adalah pembuat keputusan soal program pertahanan yang bisa ditawarkan ke mitra internasional termasuk Indonesia. Sedangkan Lockheed Martin sendiri tidak menjadi bagian dalam proses pembuatan keputusan tersebut.
(MyLesat)