Perusahaan perawatan, perbaikan dan overhaul (maintenance, repairs and overhaul/MRO) pesawat asal Malaysia, AIROD Sdn Bhd, mengincar potensi bisnis MRO jangka panjang senilai US$ 300 juta atau setara dengan Rp 4,52 triliun (asumsi kurs Rp 15.095) dengan PT Dirgantara Indonesia atau PTDI.
Mengutip The Malaysia Reserve, Sabtu (4/2), potensi besaran kerja sama ini diutarakan setelah kedua perusahaan menandatangani perjanjian komitmen dengan PTDI bulan lalu.
Dalam jangka pendek, perjanjian tersebut diharapkan menghasilkan US$ 10 juta atau setara dengan Rp 150,95 miliar untuk perbaikan, pelatihan, dan bantuan teknis terkait armada pesawat C-130 milik Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara (TNI-AU).
Sebagai informasi, pada 8 Januari 2023, kedua perusahaan telah menandatangani perjanjian komitmen kerja sama. Penandatangan perjanjian tersebut, dilakukan saat Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Anwar Ibrahim berkunjung ke Indonesia.
Penandatangan komitmen kerja sama antara kedua perusahaan dilakukan oleh Senior Vice President AIROD Datuk Edron Hayata Ahmad dan Chief Executive Officer (CEO) PTDI Gita Amperiawan.
"Kerja sama ini akan menjadi saksi pertumbuhan aktivitas MRO antara AIROD dan PTDI di bidang peningkatan dan modifikasi, struktur aero dan komposit, untuk berbagai jenis pesawat berat dan juga ringan di masa mendatang," Datuk Edron Hayata Ahmad.
Sebelum perjanjian terbaru ini, kedua belah pihak telah menandatangani nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) pada 2 Agustus 2021 untuk berkolaborasi dalam program pemeliharaan lima tahun untuk memodernisasi armada 12 pesawat C-130 TNI-AU.
Modernisasi armada C-130 yang masuk dalam MoU 2021 tersebut, akan memungkinkan TNI-AU untuk memperpanjang penggunaan pesawat selama 15 hingga 20 tahun lagi.
Kemudian, pada 15 Februari 2022, kedua perusahaan juga menandatangani perjanjian operasi umum untuk memulai diskusi tentang aspek teknis dan keuangan program tersebut.
(KataData)