22 Juni 2023
Kapal survei yang akan dibeli bertipe Kapal Survei Samudera sehingga akan lebih besar dari KRI Rigel dan KRI Spica (photo : Ocea)
JAKARTA, KOMPAS.com - TNI Angkatan Laut (AL) bakal memiliki tambahan satu kapal survei.
Komandan Pusat Hidro-oseanografi TNI AL (Danpushidrosal) Laksamana Madya Nurhidayat mengatakan, kapal itu buatan Jerman.
“Itu buatan dari Jerman, sehingga itu dibuat di sana, kemudian dipasang peralatan, komputernya, sehingga nanti dibawa ke Indonesia dalam keadaan siap,” kata Nurhidayat usai acara penyematan brevet hidro-oseanografi di Balai Samudra, Jakarta Utara, Rabu (21/6/2023).
Nurhidayat berharap, kapal survei itu bisa jadi sebelum 2025 dan bisa digunakan untuk memetakan laut Indonesia.
“Saya sih berharapnya sebelum 2025 sudah selesai sehingga bisa memperkuat alutsista kita, untuk bisa bagaimana 6 juta 400 kilometer persegi bisa dipetakan dengan baik,” ucap Nurhidayat.
TNI AL juga sedang membangun kapal yang bisa mendeteksi kedalaman laut lebih dari 6.000 meter.
Sebab, sejauh ini, TNI AL belum memiliki kapal dengan kemampuan hingga ke sana.
“Insya Allah nanti 2025 kita punya kapal yang lebih canggih lagi untuk (mendeteksi) kedalaman 10.000 (meter),” ujar Danpushidrosal Nurhidayat di Markas Kolinlamil, Jakarta Utara, 29 Maret 2023.
Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) dan TNI AL bekerja sama dengan industri Amerika Serikat, OceanX agar bisa membangun kapal yang mampu mendeteksi kedalaman laut lebih dari 6.000 meter.
Sejauh ini, TNI AL baru memiliki dua kapal survei, salah satu di antaranya KRI Spica-934 yang bisa mendeteksi kedalaman laut hingga 6.000 meter.
Terbaru, KRI Spica-934 digunakan TNI AL dan puluhan ilmuwan dari berbagai universitas untuk meneliti gunung berapi di bawah Laut Flores. Penelitian itu dilaksanakan melalui Ekspedisi Jala Citra 2023. (Kompas)
Kapal akan dibuat di galangan Palindo Marine Shipyard kemudian dipasang semua peralatan surveinya dari Jerman (photo : Ocea)Laksdya Nurhidayat: Kapal baru Pushidrosal dilengkapi teknologi Jerman
Jakarta (ANTARA) - Komandan Pusat Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut (Danpushidrosal) Laksamana Madya TNI Nurhidayat menyampaikan kapal survei terbaru yang akan memperkuat Pushidrosal menggunakan teknologi mutakhir buatan Jerman.
Dalam sesi jumpa pers pada peringatan Hari Hidrografi Dunia Ke-102 di Jakarta, Rabu, Danpushidrosal menyampaikan kapal buatan PT Palindo Marine Shipyard, Batam, itu dilengkapi dengan seperangkat teknologi buatan Jerman agar menjadi lebih modern.
“Ke depan pada 2025, mudah-mudahan sebelum itu sudah jadi. Kapal itu dibuat Palindo Batam, kemudian supaya lebih modern, karena ada peralatan-peralatan yang harus dipasang, dan itu buatan dari Jerman sehingga dibuat di sana kemudian dipasang peralatan itu termasuk komputernya sehingga nanti dibawa ke Indonesia dalam keadaan siap,” kata Danpushidrosal Laksdya TNI Nurhidayat.
Dia menyampaikan kapal-kapal survei berteknologi mutakhir dibutuhkan oleh Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL demi menunjang tugas mereka, yaitu membuat peta bawah laut Indonesia yang luasnya mencapai 6,4 juta kilometer persegi.
“Saya berharapnya sebelum 2025 sudah selesai sehingga bisa memperkuat alutsista kita untuk bagaimana 6,4 juta kilometer persegi bisa dipetakan dengan baik bukan hanya semuanya selesai, tetapi harus berkali-kali karena ada obstacle (kesulitan) yang berubah-ubah terutama di laut,” kata Nurhidayat.
Dalam kesempatan yang sama, dia menyampaikan Pushidrosal juga dapat berkolaborasi dengan lembaga lain seperti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang juga mempunyai kapal-kapal survei bawah laut.
“Kebetulan ada rekan-rekan dari BRIN bisa beli (kapal) kami welcome, nanti kita bisa operasi bersama. Data yang mereka dapatkan bisa kami nilai dulu lalu kemudian jadilah itu peta (bawah laut),” kata Danpushidrosal.
Setidaknya saat ini ada lima kapal riset yang bernaung di bawah BRIN, yaitu Kapal Riset (KR) Baruna Jaya I, KR Baruna Jaya II, KR Baruna Jaya III, KR Baruna Jaya IV, dan KR Baruna Jaya VIII. KR Baruna Jaya I buatan galangan kapal CMN Prancis menjadi yang tertua mengingat usianya telah lebih dari 30 tahun, sementara yang termuda KR Baruna Jaya VIII dibuat di galangan kapal Mjellem & Karlsen di Norwegia pada 1998.
Sementara itu, Pushidrosal saat ini diperkuat dua kapal survei, yaitu Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Rigel-933 dan KRI Spica-934. Keduanya dibuat di galangan kapal OCEA Dossier di Les Sables d’Olonne, Prancis, pada 2015.
“Kami berusaha untuk melaksanakan ini dengan baik. Ada dua kapal kami yang baru (KRI Rigel dan KRI Spica), dua-duanya berangkat. Mereka istirahat cuma 1 bulan di darat, di Jakarta, kemudian berangkat 2 bulan lagi, nanti istirahat lagi. Demikian, karena kapal kami terbatas,” kata Laksdya Nurhidayat.
(Antara)