Konsep Perisai Darat Nusantara (all photos : KompasTV)
Perisai Trisula Nusantara
Melihat dinamika yang terjadi di Indo-Pasifik, terutama pergerakan China vis a vis AS, ancaman yang terjadi sangat lah nyata dan harus diantisipasi serius.
Langkah cepat Prabowo memborong alutsista, baik impor bekas, baru, atau pun produk industri pertahanan domestik, sebagai langkah tepat untuk menghadirkan daya gentar agar Indonesia tetap aman dan damai.
Pembelian alutsista ternyata juga bukan sekadar formalitas mengejar target MEF III, tapi juga diproyeksikan sebagai bagian rencana besar pertahanan nasional untuk 25 tahun ke depan.
Dengan proyeksi ini, Indonesia akan memiliki sistem pertahanan mumpuni yang mampu menaungi seluruh wilayah kedaulatan NKRI, dengan berbagai alutsista yang canggih dan gahar.
Seperti apa proyeksi dimaksud? Dalam YouTube "Dialog Kebangsaan Merajut Persatuan dan Kesatuan Bangsa dalam Kebhinekaan" yang digelar Sespim Lemdiklat Polri pada 16 Juni, Prabowo memaparkan sistem pertahanan yang akan dibangun Indonesia dikonsepsikan sebagai Perisai Trisula Nusantara.
Perisai tersebut terbagi dalam tiga matra kekuatan, yakni Perisai Samudera Nusantara, Perisai Darat Nusantara, dan Perisai Dirga Nusantara.
Pada tiap perisai akan dilengkapi berbagai macam alutsista. Untuk Perisai Samudera Nusantara, misalnya, akan dilengkapi dengan 12 Fregat Merah Putih yang dibekali surface to air missile (SAM) yang memiliki jangkauan hingga 120 km, surface to surface missile (SSM) 180 km, kapal cepat rudal atau KCR (14 unit).
Selain itu, TNI juga akan dibekali kapal selam serbu Indonesia atau KSSI (2 unit) yang dilengkapi sub misil 12 km dan torpedo 17 km, kapal selam taktis Indonesia atau KSTI (7 unit), kapal selam autonomos (20 unit) dengan torpedo, submarine rescue vehicle (2 unit).
Ada pula pagar nusantara Green Juku wahana bawah air yang akan mengawasi kapal selam, Orange Juku berbentuk buoy pintar untuk memantau kapal selam dan permukaan, Yellow Juku kapal yang merupakan selam otonom dengan kercerdasan buatan. Yang menarik, Perisai Samudera Nusantara juga akan dilengkapi pertahanan pantai rudal Brahmos yang memilik daya jangkau hingga 300 km (8 unit baterai).
Di darat, konsep pertahanan yang disebut Perisai Darat Nusantara akan diisi dengan unmanned aerial vehicle (UAV) dan unmanned combat aerial vehicle (UCAV) MALE sebanyak 65 unit, mortir berbagai ukuran (1 ribu pucuk), helikopter Bell 412 (82 unit), gatling gun dan senapan mesin, helikopter Apache (8 unit), helikopter Mi-35P (6 unit, Mi-17 8 unit), pesawat CN-235 (18 unit, 5 unit baru), pesawat N-219 (10 unit baru), ranpur infanteri beroda ban (50 unit), multipurpose armored vehicle (173 unit), tank AMX-13 (320 unit), main battle tank Leopard (114 unit), Indonesia balistic missile Trisula atau KHAN missile (8 unit) yang memiliki jangkauan 300 km buatan Rokestan.
Sedangkan Perisai Dirga Nusantara akan ditopang pesawat Boromae sebanyak 24 unit, pesawat Rafale (42 unit), pesawat Mirage 2000-5 dan 2000-9 (24 unit), pesawat T50 (19 unit, 6 unit baru), pesawat F-15 (36 unit), pesawat F-16 (33 unit), pesawat Sukhoi 27-30 (16 unit), pesawat Hawk Mk-100 dan Mk-200 (31 unit). Semua pesawat tempur tersebut sudah dilengkapi rudal.
Selain itu, Perisai Dirga Nusantara akan didukung pesawat jet Falcon 7X dan 8X, pesawat Boeing 737 (tambah 2 unit, total 10 unit), pesawat Hercules (31 unit, 5 baru Super Hercules), pesawat Airbus A-400 (2 unit), pesawat AWACS dan radar (25 radar baru, total 35) yang memiliki jangkauan rata-rata hingga 450 Km.
Kehadiran beberapa alutsista strategis seperti rudal pertahanan pantai, rudal balistik, kapal selam, fregat dan pesawat tempur kelas berat bisa memberikan rasa aman pada bangsa ini.
Namun bila melihat tantangan berat dihadapi akibat pertarungan melibatkan dua negara raksasa, China dan AS, Indonesia urgen terus memperkuat pertahanan dengan alutsista lain, baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga Perisai Trisula Nusantara memiliki simpanan alutsista lebih kuat dan memadai.
Bahkan, bila melihat prediksi pecah perang dalam tempo dekat, akselerasi belanja alutsista sangat dibutuhkan. Tentu saja pembangunan postur pertahanan harus diimbangi dengan pengembangan industri pertahanan domestik agar tercipta kemandirian.
See full article SindoNews