Pesawat KAI FA-50 Block 20 Malaysia akan memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan Lockheed Martin Sniper Advanced Targeting Pod (ATP), 500 lb GBU-38 Joint Direct Attack Munitions (JDAM), bom berpemandu laser GBU-12 Paveway II, dan Rudal AGM-65 Maverick (photo : Jane's)
Korea Aerospace Industries (KAI) mengatakan bahwa pesanan Malaysia sebanyak 18 pesawat tempur ringan FA-50 akan diikuti pesanan kedua sebanyak 18 pesawat tambahan.
Berbicara kepada Janes di Pameran Langkawi International Maritime and Aerospace (LIMA) 2023 di Malaysia, juru bicara KAI mengatakan pemerintah Malaysia telah menyetujui akuisisi FA-50 gelombang kedua.
"Hanya masalah waktu sebelum kontrak kedua diresmikan," tambah juru bicara itu.
Pengumuman ini mengikuti pengumuman KAI pada 24 Februari tentang kesepakatan USD920 juta dengan Kementerian Pertahanan Malaysia (MINDEF) untuk memasok batch awal 18 FA-50 LCA.
Juru bicara tersebut mengatakan kepada Janes selama LIMA, bahwa KAI sedang mempersiapkan pengiriman FA-50 pertama untuk Malaysia 42 bulan setelah penandatanganan kontrak. “Pesawat pesanan pertama yang tersisa ini akan dikirim dalam 10 bulan berikutnya,” kata juru bicara tersebut.
Janes sebelumnya melaporkan bahwa Malaysia akan menerima pesawat FA-50 Block 20 dalam jumlah yang tidak ditentukan. KAI mengatakan kepada Janes bahwa pesawat yang dikirimkan akan dilengkapi dengan radar kendali tembakan canggih Raytheon PhantomStrike.
Hal ini disusul dengan pernyataan Raytheon pada 15 Mei yang menyatakan bahwa radar tersebut akan diekspor ke KAI sebagai “Produk Direct Commercial Sales”. Raytheon menggambarkan PhantomStrike sebagai "radar kendali tembakan berpendingin udara yang dirancang untuk memberikan deteksi, pelacakan, dan penargetan ancaman jarak jauh".
(Jane's)