Jet tempur latih dan serang ringan FTC-2000G buatan China (photo : FlightGlobal)
Angkatan Udara Myanmar telah memesan beberapa jet tempur kelas menengah FTC-2000G dari China, pemasok senjata utama ke negara Asia Tenggara ini.
Hasil pantauan Irrawaddy telah mengetahui bahwa sekelompok personel yang terdiri dari sekitar delapan pilot Angkatan Udara, delapan teknisi dan setidaknya dua perwira persenjataan melakukan perjalanan ke China melalui Kunming pada bulan Juni.
China memiliki peraturan Covid-19 yang ketat dan personel Myanmar tersebut harus menjalani karantina di Kunming. Pilot diketahui merupakan penerbang pesawat pencegat F-7, pembom A-5 dan pesawat latih dan jet serang ringan K-8W untuk Angkatan Udara Myanmar.
Belum diketahui kapan kesepakatan dicapai antara Beijing dan Naypyitaw. Pembelian jet tempur China mungkin telah dimulai pada tahun 2020, tetapi pengiriman dan pelatihan pilot tertunda karena pandemi Covid-19 dan kebijakan ketat China untuk mengatasi penyakit tersebut.
FTC-2000G adalah pesawat latih/tempur ringan multi-peran canggih yang dirancang dan diproduksi oleh Guizhou Aviation Industry Corporation (GAIC) di bawah pengawasan perusahaan kedirgantaraan dan pertahanan milik negara, Aviation Industry Corporation of China (AVIC).
Ini adalah varian ekspor dari pesawat latih/tempur Guizhou JL-9, yang dioperasikan dengan Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLAAF) dan Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLAN).
Jet tempur dua kursi ini memiliki kemampuan pelatihan dengan kemampuan menyerang dan bertarung dalam pertempuran.
Pesawat ini dapat digunakan untuk melakukan pelatihan penerbangan pilot, pengawasan udara, misi patroli, pengintaian, peperangan elektronik, dukungan udara jarak dekat dan misi pengawalan udara.
Pada April 2020, muncul berita di Kamboja dan Global Times China bahwa China berencana menjual pesawat itu ke negara Asia Tenggara yang dirahasiakan. Tidak disebutkan berapa banyak unit yang akan dijual, hanya menyatakan bahwa kesepakatan telah ditandatangani pada Januari 2020 dan pengiriman akan dimulai pada awal 2021 dan selesai setelah dua tahun.
Harga jet tempur itu sekitar US$8,5 juta.
Laporan tersebut mengidentifikasi Kamboja dan Myanmar sebagai pembeli potensial, karena kedua negara terkait erat dengan China, baik secara militer maupun politik.
Lihat artikel lengkap The Irrawady