Fisik kapal LCS pertama saat ini (photo : The Star)
Ini adalah di antara beberapa pengungkapan yang dibuat dalam laporan yang tidak diklasifikasikan (terbuka) yang dirilis di situs web Komite Akun Publik/Public Accounts Committee (PAC) pemerintah Malaysia pada 17 Agustus. Laporan itu dirilis sebagai bagian dari penyelidikan parlemen bipartisan ke dalam program enam kapal, yang menghadapi penundaan besar dan pembengkakan biaya.
Beberapa senjata dan sistem tempur pada program kapal tempur pesisir (Littoral Combat Ship-LCS) kelas Maharaja Lela Malaysia dipilih untuk mencerminkan rekomendasi yang dibuat oleh kontraktor utama program tersebut meskipun ada keberatan dari Angkatan Laut Kerajaan Malaysia (RMN).
Sistem tempur kapal LCS (tables : PAC)
Pemerintah Malaysia menandatangani kontrak senilai MYR9 miliar (USD2 miliar) untuk enam kapal dengan kontraktor utama program Boustead Naval Shipyard (BNS) pada tahun 2014. Kontrak tersebut diberikan melalui metode negosiasi langsung dan bukan melalui tender terbuka, serta pemerintah Malaysia sejauh ini telah membayar BNS sekitar MYR6 miliar. Sebuah desain Gowind 2500 berdasarkan Naval Group (kemudian DCNS) dipilih untuk proyek tersebut.
Kelas pertama program ini, yang akan beroperasi sebagai KD Maharaja Lela setelah ditugaskan, diluncurkan secara seremonial pada Agustus 2017. Seharusnya telah dikirim ke RMN pada April 2019, dengan kapal terakhir dijadwalkan untuk serah terima pada Juni 2023. Namun, progres kapal pertama baru sekitar 60% selesai, sementara pengerjaan kapal terakhir belum dimulai. Kapal yang tersisa dalam berbagai tahap penyelesaian dengan progres antara 16% dan 44%.
(Jane's)