Kisah Misi Rahasia TNI AU Hendak Turunkan Bom di Pangkalan Jet Tempur Musuh

25 Desember 2022

Pesawat pembom B-25 Mitchel (photo : Wiki)

Merdeka.com - Kisah ini terjadi tahun 1965, saat hubungan Indonesia dan Malaysia tengah memanas. Satu misi rahasia disiapkan komando TNI AU untuk menghancurkan pangkalan udara lawan.

Tak mampu menghadapi Indonesia sendirian, Malaysia meminta bantuan Inggris, Australia dan Selandia Baru. Permintaan itu langsung dijawab. Pesawat jet, kapal perang, hingga pasukan elite mereka dikirim ke perbatasan dengan Indonesia.

Inggris membangun Pangkalan Udara Militer Tengah Air Force Base di Singapura. Mereka menempatkan jet tempur di sana untuk menandingi kekuatan udara Indonesia.

Saat itu Indonesia masih menjadi negara dengan kekuatan udara terbaik di Asia dengan pesawat tempur buatan Blok Timur.

TNI AU melihat Pangkalan Udara Inggris di Singapura sebagai ancaman. Komando Mandala Siaga (Kolaga) menyiapkan rencana untuk mengebom pangkalan tersebut.

Siapa Siap Berjibaku?

Panglima Komando Operasi Komodor Leo Watimena memimpin briefing para perwira senior Angkatan Udara di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma.

"Pangkalan Udara Militer Tengah Air Force Base dijaga dengan radar dan misil anti serangan udara. Bukan tugas mudah untuk menyerang dan menghancurkannya," kata Komodor Leo Watimena.

Dia melihat para komandan skadron di depannya. "Siapa di antara kalian yang siap berjibaku menghancurkan tengah ABF?" tanya Leo.

"Saya siap Panglima!" teriak seorang perwira senior.

Pesawat pembom B-26 Invander (photo : Kaskus Militer)

Tantangan itu dijawab Komandan Skadron I Pembom Taktis Kolonel (Oedara) Pedet Soedarman. Dia merasa perlu mengobarkan semangat anak buahnya dalam konfrontasi melawan Malaysia dan sekutunya.

Pedet Soedarman kenyang pengalaman operasi. Dia menerbangkan pesawat jenis B-25 Mitchel dan B-26 Invander dalam menumpas berbagai pemberontakan yang terjadi di tanah air.

Maka saat merencanakan mengebom Tengah ABF, 2 pesawat itu juga yang akan digunakannya. Demikian dikisahkan Pedet Soedarman dalam buku Pengalaman Heroik Penerbang Bomber yang diterbitkan tahun 2003.

Walau menggunakan pesawat yang terbilang sudah tua, Kolonel Pedet yakin misi tersebut akan berjalan dengan sukses. Saat konflik dengan Belanda di Irian Barat, Pedet juga yang menghancurkan kapal angkatan Laut Belanda.

"Direncanakan 50 persen bom yang dijatuhkan dari pesawat itu akan mampu menghancurkan landasan sekaligus mencegah musuh melakukannya," kata Pedet.

Angin Politik Berubah

Rencana dan persiapan terus dilakukan. Moril para anggota TNI AU tinggi dan siap melaksanakan tugas berbahaya itu.

Namun situasi berubah cepat. Peristiwa 30 September mengubah peta politik Indonesia. Presiden Sukarno jatuh. Penggantinya, Presiden Soeharto memutuskan untuk mengakhiri konflik dengan Malaysia.

Dalam waktu singkat pula TNI AU menderita akibat pemerintah Orde Baru memutus semua kerja sama dengan Rusia dan China. Pesawat-pesawat paling canggih milik TNI AU tak bisa terbang gara-gara kekurangan suku cadang. Berakhirlah era keemasan tentara langit Indonesia.

Sejarah mencatat misi pengeboman pangkalan jet tempur di Singapura itu tak pernah dilaksanakan.

(Merdeka)

Subscribe to receive free email updates: