Peroleh Kontrak NC-212i dengan Kongo, PT DI Lihat Prospek N-219 Cukup Besar

28 Agustus 2020

Pesawat angkut NC-212i Angkatan Udara Filipina (photo : Johann Kirby Datoy)

Sertifikasi Rampung Akhir 2020, N-219 Siap Ramaikan Langit Afrika

BANDUNG, suaramerdeka.com - PT Dirgantara Indonesia tengah menjajaki pasar bagi pesawat N-219 di Afrika. Peluangnya cukup besar mengingat ada kebutuhan 100 unit bagi pesawat jenis tersebut. BUMN strategis ini akan merampungkan sertifikasi pesawat ter-gres-nya itu pada akhir 2020.

Adanya ketertarikan Afrika terungkap dalam peringatan hari jadi Ke-44 pabrik pesawat itu yang disiarkan secara daring, Senin (24/8).

"Jadi di saat ulang tahun ini, kita mendapatkan kontrak NC-212i, dan ternyata ada potensi kontrak 100 unit N-219 semoga kita bisa mendapatkannya, sehingga saya minta kesiapan tim N-219 terkait potensi pasar yang cukup besar ini," jelas Dirut Elfien Goentoro.

Sebelumnya, orang nomor satu di PT DI itu melakukan komunikasi jarak jauh dengan Direktur Niaga, Ade Yuyu Wahyuna yang baru saja menuntaskan penandatangan kontrak satu unit NC-212i dengan Kongo (DRC=Democratic  Republic of the Congo) pada Jumat (21/8) lalu.

Dari proses tersebut, diketahui bahwa salah satu negara di Afrika itu membutuhkan pula pesawat berkapasitas 19 penumpang itu. Sinyal ini berarti menambah daftar pihak yang tertarik membeli N-219. Sebelumnya, sejumlah maskapai dalam negeri dan Pemda ingin pula memilikinya dengan perkiraan kebutuhan hampir 300 unit.

"Ada potensi ke depan di sini, kita tengah menjajaki  kerjasama pengembangan pembelian N-219 sebanyak 100 unit dengan pihak DRC yang didukung investor AS sebagai holdingnya, jadi perkembangannya (N-219) ini sudah go global," kata Ade Yuyu.

Seiring dengan progres negosiasi yang dilakukan, Ade Yuyu pun meminta internal tim yang tengah menangani N-219 bisa menuntaskan pengembangannya mengingat adanya pasar yang siap dimasuki.

"Kepada tim yang sehari-hari menangani N-219 mudah-mudahan (kabar) ini bisa jadi penyemangat sehingga menyelesaikannya sesuai target. Ini jelas tantangan. Mudah-mudahan didahului NC-212i, kemudian N-219 bisa terbang di langit Afrika," katanya.

Elfien Goentoro tak menampik bahwa masa pandemi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hanya saja, dia berharap dengan perubahan mindset di perusahaan, kondisi tersebut bisa dihadapi dengan baik terutama dalam menjaga ketepatan penyerahan produk dan kualitas produk. "Kita bukan buat pesawat tapi bisnis pesawat," katanya.

Sedangkan Direktur Umum dan SDM Sukatwikanto sempat msnyinggung langkah penyerahan prototype pertama N-250 yang mendapat atensi luas karena dimuseumkan. Menurut dia, langkah tersebut tak menyurutkan jajaran perusahaan untuk terus berkiprah mengingat pengembangan pesawat di kelas N-250 tengah pula berjalan.

Terlebih komitmen pemerintah untuk program pengembangan pesawat sudah dikantongi. Hanya saja, dia menyebut bahwa hal itu akan bergantung kepada kesuksesan N-219 yang dibandrol sekitar USD 6 Juta Dollar itu.

"Jangan pesimis N-250 PA1 dimuseumkan, karena program pengembangan pesawat sekelas 50 penumpang akan dilanjutkan. Tapi ada prasyarat yang harus dipenuhi yakni type certificate N-219 tuntas sehingga masuk pasar, dan kita bisa fokus mengembangkan CN-235 civil version, atau nanti akhirnya berujung pada N-245," katanya.

(Suara Merdeka)

Subscribe to receive free email updates: