Penyerahan 5 helikopter anti kapal selam AS565MBe dan 1 pesawat CN235 220 MPA kepada Kemhan (all photos : Kumparan)
Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Republik Indonesia menerima 5 unit heli AKS (anti kapal selam) dan 1 Pesud (pesawat udara) CN 235-220 MPA (Maritime Patrol Aircraft) di Hanggar PT Dirgantara Indonesia (Persero) (PTDI), Bandung, Jawa Barat, Kamis (24/1).
Penyerahan tersebut merupakan bagian dari kontrak 11 unit heli AKS yang dilakukan pada 30 September 2014 antara Kemenhan dengan PTDI. Pada penyerahan 5 unit heli AKS dan 1 Pesud hari ini disaksikan oleh Menteri BUMN Rini M Soemarno.
"Secara kontraktual telah diserahkan bertahap pada Juni 2018 dua helikopter AKS (SN 7021, 7043) dan November 2018 tiga helikopter AKS (SN 7042, 7046, dan 7047)," ujar Direktur Utama PTDI Elfien Goentoro.
Sebelumnya, PTDI pada September 2017 sudah menyerahkan 2 unit heli AKS, kemudian pada Januari 2018 sebanyak 2 unit dan Februari 2018 sebanyak 1 unit. Dengan begitu, PTDI telah menyerahkan 10 unit heli AKS kepala Kemenhan untuk selanjutnya digunakan oleh TNI Angkatan Laut (AL).
"Satu unit heli AKS yang telah diserahkan akan dikirimkan kembali ke PTDI untuk pemasangan konfigurasi full AKS. Dan sisanya 1 unit heli AKS saat ini masih di PTDI, dan keduanya akan diserahkan pada 2019 ini," ucapnya.
Heli AKS sendiri, diungkapkannya, merupakan Helikopter Panther dengan tipe AS656 MBe.
"Platform helikopter ini merupakan produk kerja sama industri antara PTDI dengan Airbus Helicopters, Prancis. Sedangkan untuk fase integrasi AKS, mulai desain hingga pemasangan adalah karya PTDI," katanya.
Untuk pemasangan torpedo dan sonar varian terbaru, PTDI menyesuaikan kebutuhan TNI AL. Dan untuk melengkapi persenjataan dan teknologi sonar helikopter tersebut, PTDI bekerjasama dengan Retocraft Services Group dan L-3 Aerospace System, juga Airbus Helicopters untuk engineering collaboration dan rekayasa manufakturing.
"Untuk helikopter AS565 MBe Panther full AKS mampu mendeteksi keberadaan kapal selam yang dilengkapi dipping sonar L-3 oceans system DS-100 helicopter long-range active sonar (HELRAS). Dan sonar HELRAS dapat beroperasi optimal di area laut dangkal dan dalam," sebutnya.
Selain itu, teknologi HELRAS menggunakan frekuensi rendah dengan resolusi tinggi pada sistem doppler dan rentang gelombang panjang untuk mengetahui keberadan kapal selam dari jarak jauh.
"Dipandu dengan perangkat DS-100, AS565 Panther dirancang ideal untuk melakukan redection, melokalisir sasaran, dan melancarkan serangan torpedo di perairan dangkal dan dalam," katanya.
Untuk pesawat CN235-220 MPA, dapat digunakan untuk berbagai misi, mulai patroli perbatasan dan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif), pengawasan pencurian ikan dan pencemaran laut, pengawasan imigrasi dan perdagangan manusia, penyelundupan narkoba dan barang ilegal, serta pencarian dan penyelamatan korban bencana.
"Pesawat udara CN235-220 MPA memiliki beberapa keunggulan, yaitu bisa lepas landas dengan jarak pendek dengan kondisi landasan belum beraspal dan berumput. Selain itu juga mampu terbang selama 10-11 jam dengan sistem avionik glass cocpit, autopilot, dan adanya wunglet di ujung sayap agar le ug stabil dan irit bahan bakar," jelasnya.
Pesawat udara CN 235-220 MPA ini juga, lanjutnya, dilengkapi 2 co soles, 360° search radar yang dapat mendeteksi target kecil sampai 200 bautical mile dan AIS (automatic identification systen).
"AIS ini sistem pelacakan otomatis untuk mengidentifikasi kapal sehingga dapat diperoleh posisi objek mencurigakan," paparnya.
"Pesawat juga dilengkapi IFF (identification friend or foe) integrator dan tactical computer system, yaitu sistem identifikasi yang dirancang untuk mengetahui pesawat lawan atau kawan yang terintegrasi ke dalam sistem komputer guna menganalisa dan menentukan strategi operasi," ucapnya.
CN235-220MPA pun diungkapnya dilengkapi FLIR (forward looking infra red) untuk mendeteksi dan mengklasifikasikan target serta mampu merekam situasi di sekitar wilayah terbang untuk evaluasi misi.
PTDI, ditegaskan Elfien, selalu siap memenuhi pesanan berikutnya dari Kemenhan maupun TNI dalam mewujudkan kemandirian alutsista TNI.
"Keberadaan PTDI akan sangat berarti jika setiap produk serta jasa yang dihasilkan dimanfaatkan secara maksimal oleh seluruh instansi dan lembaga negara Indonesia, terutama Kemenhan dan TNI yang selama ini menjadi customer terbesar PTDI," katanya.