Thailand Segera Miliki Pesawat Seaplane

26 Agustus 2020

Seaplane Chalakasayan dengan dua tempat duduk (all photos : komkhaotuathai)

Seaplane adalah sebutan bagi pesawat sayap tetap yang mampu lepas landas dan mendarat di atas air. Pesawat terbang air yang juga dapat lepas landas dan mendarat di lapangan udara konvensional adalah subclass yang disebut pesawat amfibi.


Sejak tahun 2010 Thailand telah mengembangkan seaplane dengan kapasitas dua tempat duduk, riset ini dikembangkan oleh jawatan riset dan pengembangan Angkatan Laut Thailand atau yang dikenal dengan Naval Research and Development Office (NRDO).


Mengutip dari situs komkhaotuathai, pada awal bulan Agustus tahun 2020 lalu pesawat ini telah berhasil mendapatkan sertifikat kelaikan udara (airworthiness certicate). Dengan demikian pesawat ini mendapatkan lampu hijau untuk diproduksi.


Disebutkan bahwa pesawat ini mampu naik-turun baik di darat maupun di air, dapat beroperasi di udara tidak kurang dari 2,5 jam, jarak terbang maksimal tidak kurang dari 200 mil laut, radius operasi tidak kurang dari 100 mil laut, ketinggian tidak kurang dari 5.000 kaki, serta dapat terbang siang dan malam.


Pesawat dari bahan komposit yang diberi nama "Chalakasayan" ini akan segera diproduksi untuk Angkatan Laut Thailand dan kepentingan komersial. Di Angkatan Laut Thailand seaplane ini akan mengemban fungsi sebagai pesawat eksplorasi, pengintaian, pencarian, keamanan, resusitasi, dan sebagai pembuka akses. 


Ide awal pembuatan pesawat ini muncul tahun 2008 saat Angkatan Laut Thailand bekerjasama dengan Bangkok Dock Company Limited, jadi prototipe kemudian dilakukan pengujian dan penyempurnaan terus menerus sehingga jadi seperti sekarang. Seaplane ini pernah menerima hadiah pertama untuk karya inovatif pada Kelompok Teknik Kendaraan dan Pesawat Tempur pada tahun 2016.

Pesawat Viking Air Limited DHC-6-400 Kepolisian Thailand (photo : Scramble)

Sementara itu Kepolisian Thailand bersiap menerima pesawat ketiga jenis Viking Air Limited DHC-6-400. Kepolisian Thailand memesan 3 pesawat DHC-6-400 ini dimana dua pesawat yang telah diterima sebelumnya menggunakan roda pendarat konvensional, sedangkan pesawat ketiga ditambahkan float untuk dapat mendarat di air.

(Defense Studies)

Subscribe to receive free email updates: