Pesawat angkut R80 (image : RAI)
Menteri Riset dan Teknologi Indonesia Bambang Brodjonegoro melakukan virtual meeting dengan Menteri Teknologi dan Industri Turki Mustafa Varank pada Selasa.
Lalu Muhamad Iqbal, Duta Besar RI untuk Turki, menyampaikan pertemuan ini merupakan pertemuan pendahuluan untuk memulai kerja sama teknologi pada bidang-bidang yang sudah dijajaki.
“Ini akan diikuti dengan berbagai pertemuan lanjutan, baik pada level menteri maupun level teknis. Kedua pihak sangat antusias untuk bekerja sama,” ujar Lalu Muhamad Iqbal, dalam keterangan persnya kepada Anadolu Agency, Selasa sore.
Dalam pertemuan itu, kedua Menteri membahas perkembangan teknologi serta peluang kerja sama di bidang pengembangan vaksin serta obat Covid-19, industri pesawat terbang komersial (N-219 dan R-80), satelit dan peluncuran satelit (roket) serta pengembangan teknologi pesawat tanpa awak (drone).
“Dari presentasi-presentasi yang disampaikan kedua delegasi, semakin jelas bahwa peluang konkrit kerja sama teknologi di berbagai bidang di antara Indonesia dan Turki sangat menjanjikan. Kita harus segera menindaklanjuti,” ujar Menteri Varank.
MALE UAV (image : BPPT)
Sementara itu, Menteri Bambang mengatakan Indonesia sangat terbuka untuk memperkuat kerja sama dalam bidang-bidang yang sudah dibahas.
Karena itu, lanjut dia, kedua negara setuju membahas memorandum kesepakatan di masing-masing bidang sesegera mungkin dan juga menandatangani perjanjian di antara kedua menteri yang akan menjadi payung bagi kerja sama-kerja sama tersebut.
Sebagaimana diketahui, berdasarkan informasi WHO, Turki adalah satu dari empat negara di dunia yang sudah mencapai kemajuan paling berarti dalam pengembangan vaksin di dunia. Sementara itu PT. Bio Farma adalah salah satu industri vaksin paling besar di dunia Islam.
Berdasarkan data pemerintah Indonesia, saat ini terdapat 3 proyek pengembangan pesawat terbang yang sedang dilakukan Indonesia yaitu N-219 dan N-245 oleh PT. Dirgantara Indonesia serta R-80 oleh PT. RAI.
Di bidang satelit dan roket, Turki sudah mulai mengembangkan satelit komunikasi skala besar yang sepenuhnya merupakan buatan dalam negeri dan merupakan salah satu negara maju dalam industri roket, khususnya untuk keperluan militer.
“Kedua negara melihat terdapat peluang besar bagi kedua negara untuk bekerja sama mengembangkan teknologi satelit, roket serta peluncuran satelit,” ujar Lalu Muhammad Iqbal.