20 unit Arhanud GS dibutuhkan Korps Marinir (photo : defencyclopedia)
Berdasarkan sumber yang dapat dipercaya, Korps Marinir mendapatkan alokasi anggaran senilai Rp 3,9 triliun (USD 263 juta) untuk pembelian 20 unit artileri pertahanan udara gerak sendiri (self propelled air defense system).
Modernisasi artileri pertahanan udara (arhanud) Korps Marinir TNI AL berlanjut setelah sebelumnya pada tahun 1999/2000 mengakuisisi kendaraan BVP-2 dari Ceko sebanyak 11 unit dan meriam tarik Norinco dari China jenis Type 90 Twin 35 mm sebanyak 4 unit pada tahun 2015/2016.
Belum jelas tipe kendaraan yang akan dibeli oleh Korps Marinir namun Korps Marinir terbiasa dengan produk buatan Blok Timur. Jika melihat pengadaan serupa di India belum lama ini, Rusia mengajukan Tunguska M1 dan Pantsir, sedangkan pesaingnya Korea Selatan mengajukan K-30 Biho, mungkin kendaraan ini juga yang akan beradu disini.
Arhanud Tarik
Selain arhanud gerak sendiri, Korps Marinir juga mendapatkan alokasi anggaran Rp 592 miliar (USD 39 juta) untuk pembelian 12 arhanud tarik (towed anti-aircraft gun system), belum jelas juga tipe yang akan dipilih Korps Marinir.
Adapun kedua anggaran ini akan dipergunakan untuk pengadaan hingga tahun 2024, sebagai akhir tahapan MEF 2024 (Minimum Essential Force yang akan dicapai dalam kurun waktu 2005-2024).
Sesuai tahapan MEF, Korps Marinir dimekarkan menjadi 3 Pasukan Marinir (Pasmar) sehingga membutuhkan 3 Batalyon Artileri Pertahanan Udara. Tiap batalyon diperkuat dengan 18 alutsista (3 baterai), jadi dibutuhkan meriam arhanud sebanyak 54 buah tipe tarik dan atau gerak sendiri. Dengan tambahan 20 Arhanud GS dan 12 Arhanud Tarik maka alutsista baru arhanud akan menjadi 47 unit, masih ada 4 tahun lagi untuk pengadaan sisanya sebanyak 7 unit.
(Defense Studies)