Antena radar Hensoldt TRS-4D tipe fixed array (image : Hensoldt)
Defense Studies pernah membahas dalam artikel sebelumnya bahwa kontrak Iver Huitfedt menunggu lampiran berupa sistem senjata dan sensor. Kali ini kita akan membahas radar utama fregat Iver Huitfeldt untuk Indonesia yang pekan lalu ramai dibicarakan oleh defense netizen.
Sebagai mitra pembangunan fregat bagi PT PAL, Odense Maritime (OMT) yang saat itu berkompetisi dengan perusahaan Belanda Damen, ternyata tidak menawarkan radar utama APAR buatan Thales Nederland yang telah dipakai pada fregat Iver Denmark. OMT yang saat ini sudah tidak memiliki galangan kapal ingin produk Denmark lebih banyak dipakai pada fregat Indonesia ini, maklum bahwa fregat ini akan dibuat di Indonesia, oleh karena itu dalam usulannya banyak peralatan sensor buatan Terma-Denmark yang menggeser Thales, sedangkan khusus untuk radar utama OMT mengajukan Hensoldt TRS-4D fixed array.
Hensoldt berasal dari unit bisnis elektronik pertahanan dari Airbus Defence and Space. Pada awal tahun 2017 Airbus menjual unit bisnis ini kepada investor dimana pemerintah Republik Federal Jerman turut memegang saham kecil yang dikelola oleh Kementerian Pertahanan. Sejak saat itu perusahaan ini dikenal sebagai Hensoldt. Sekarang Hensoldt sudah mempunyai beraneka ragam produk peralatan sensor dan proteksi dan banyak digunakan pemerintah Jerman sehingga menghasilkan pendapatan lebih dari 1100 juta Euro. TNI AU sempat membeli Monopulse Secondary Surveillance Radars (MSSR) 2000 lansiran Airbus Defence and Space ini.
Radar berkategori Anti Air Warfare
Pada fregat Iver Denmark yang termasuk standar NATO, radar APAR (frekuensi X band) dipasangkan dengan radar Thales Nederland SMART-L passive electronically scanned array radar/PESA (frekuensi L band). SMART-L merupakan Volume Search Radar (VSR) jarak jauh yang mampu menyediakan pencarian volume dan pelacakan hingga 480 km. Sistem ini disebut Anti-Air Warfare Systems (AAWS), dan didasarkan pada konsep NATO Anti-Air Warfare Systems (NAAWS) pada akhir 1980-an. Prinsipnya adalah bahwa X band dari APAR yang merupakan multifunction 3D radar (MFR) yang dipasangkan dengan L band VSR akan memberikan kombinasi optimal dari kemampuan komplementer: VSR dioptimalkan untuk deteksi jarak jauh dan pelacakan target, sementara MFR dioptimalkan untuk pelacakan akurasi tinggi untuk target jarak menengah, serta fungsi pencarian horizon dan pemanduan rudal. Rudal yang digunakan adalah SM-2 dan ESSM. Sistem ini digunakan oleh Belanda, Jerman, Denmark.
Pada fregat NATO lainnya yaitu UK, Prancis dan Italia memakai sistem Anti Air Warfare lain yang disebut PAAMS (Principal Anti Air Missile System). Sistem ini juga menggabungkan radar EMPAR (Prancis, Italia) atau SAMPSON (UK) yang beroperasi dalam C band dengan radar BAE-Thales S1850M PESA sebagai radar jarak jauh yang beroperasi dalam L band. Rudal yang digunakan adalah Aster 15 dan Aster 30.
Antena radar MMSR 2000 I (photo : AeroExpo)
Radar TRS 4D dan MMSR 2000 I pada Iver class Indonesia
Radar Iver Indonesia Hensoldt TRS4D akan berpasangan dengan Hensoldt MMSR 2000, artinya kapal ini akan menggunakan dual band radar. TRS4D beroperasi pada C band sebagai multi function radar (MFR) sedangkan MMSR 2000 beroperasi frekuensi 1030-1090 MHz atau pada L band sebagai volume search radar (VSR). Kombinasi keduanya akan menghasilkan hasil deteksi dengan akurasi tinggi, cakupan (coverage) yang unggul, pencarian (search) yang luas, kapasitas pelacakan (track) dan pemanduan rudal yang sangat dibutuhkan untuk serangan multi target.
Tampak bahwa Indonesia tidak mengadopsi sistem NAAWS namun cenderung memakai sistem PAAMS, hal ini dapat disadari karena Indonesia tidak mungkin mendapatkan rudal SM-2 dan ESSM karena Indonesia bukan anggota NATO dan bukan sekutu Amerika, jadi akan mengoperasikan rudal VL MICA, Aster 15 dan Aster 30.
Pemilihan radar jenis fixed array akan jadi sesuatu yang baru di TNI AL dan ASEAN setelah sebelumnya dengan radar putar (rotating). Karena merupakan jenis radar aktif maka radar ini akan memancarkan gelombang elektromagnetik ke laut/udara dan menangkapnya kembali setelah dipantulkan oleh suatu terget di laut/udara. Dengan radar fixed array maka kapal tidak akan kehilangan waktu sebagaimana radar putar dimana saat radar menemukan obyek kemudian memantukan namun posisi radar belum kembali ke posisi semula (masih berputar), waktu sepersekian detik sangat berharga karena ancaman bisa saja dari rudal hipersonik ataupun salvo rudal yang membutuhkan penanganan cepat, sehingga kapal besar pada umumnya menggunakan radar tipe fixed array.
Radar TRS-4D versi fixed array dan rotator saat ini sudah digunakan pada kapal AL Jerman (korvet K130 dan fregat Type 125 Baden-Württemberg-class), kapal LCS Freedom class US Navy, serta kapal Multi-Mission Surface Combatant (MMSC) Arab Saudi, dan mungkin saja fregat terbaru Jerman MKS-180.
Di kawasan ASEAN dan Oceania saat ini baru Australia saja yang menggunakan radar tipe fixed array. Tercatat, pada tahun 2010 AL Australia mulai melakukan upgade radar kapal ANZAC class fregatnya dengan CEAFAR Active Phased Array Radar. Kemudian kapal perusak dari Hobart class menerima radar fixed array dari Lockheed Martin AN/SPY-1D(V) S-band radar sebagai salah satu unsur AEGIS Systems yang komisioning kapal pertamanya dilakukan pada tahun 2017.
(Defense Studies)