Harimau, tank medium Pindad (photo : IDN Times)
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pindad (Persero) sudah mengantongi kontrak senilai Rp 4 triliun di semester I 2019. Dengan demikian, realisasi perolehan kontrak sudah mencapai 49,38 % dari target perolehan kontrak sebesar Rp 8,1 triliun di tahun 2019.
Kontrak yang diperoleh terdiri dari kontrak senilai Rp 2,7 triliun untuk alat-alat persenjataan yang digunakan keperluan pertahanan dan keamanan (hankam), serta kontrak senilai Rp 1,3 triliun alat-alat berat yang digunakan untuk keperluan industrial business.
Kontrak pembelian alat persenjataan terdiri atas kontrak penjualan kendaraan tempur sebesar 65%, amunisi sebesar 20% dan senjata sebesar 15%. Adapun pihak yang melakukan kontrak pembelian antara lain meliputi TNI dan Polri.
Sementara itu, pihak yang melakukan kontrak pembelian alat-alat berat untuk keperluan industrial business meliputi pelaku-pelaku bisnis di sektor swasta.
Untuk mengejar target perolehan kontrak sebesar Rp 8,1 triliun hingga akhir tahun, Pindad tengah memproses kontrak penjualan medium tank dan infantry fighting vehicle (8x8) serta alat-alat berat di sektor swasta.
Pada semester I 2019, Pindad mencatatkan pertumbuhan penjualan 38,88% secara tahunan dari Rp 936 miliar pada semester I 2018 menjadi Rp 1,3 triliun di semester I 2019. Penjualan ini merepresentasikan 25,49% dari target penjualan Pindad di sepanjang tahun 2019 yang sebesar Rp 5,1 triliun.
Kobra 8x8 Infantry Fighting Vehicle (photo : BMPD)
Sebagian besar penjualan masih didominasi oleh penjualan dalam negeri dengan persentase sebesar 85%. Sementara itu, sebanyak 15% sisanya terdiri atas penjualan ekspor.
Pindad telah melakukan ekspor sejak tahun 2006 ke beberapa negara seperti Kamboja, Nigeria, Malaysia, Australia, Korea Selatan, Singapura, Timor Leste, Filipina, Laos dan lain-lain.
Direktur Utama Pindad Abraham Mose mengatakan, ke depannya Pindad akan terus memperluas pasar ekspor di wilayah Asia Tenggara dan Timur Tengah. Pemilihan kedua wilayah didasari pertimbangan besarnya permintaan di wilayah tersebut.
Sementara itu, penjualan domestik terdiri atas penjualan alat-alat di bidang hankam dan industrial business dengan komposisi persentase yang hampir seimbang.
Sebagian besar penjualan alat-alat di bidang hankam berasal dari penjualan amunisi dengan persentase sebesar 70%. Sementara itu, sebanyak 30% sisanya terdiri dari penjualan senjata dan kendaraan tempur.
Sementara itu, penjualan alat-alat di bidang industrial business terdiri atas penjualan eskavator, alat pendukung kereta api, dan bahan peledak komersial. Adapun pihak-pihak yang melakukan pembelian antara lain terdiri dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Pertanian, dan perusahaan-perusahaan di sektor swasta.
(Kontan)