Pesawat CN235 flying test bed 1983 Tetuko (photo : Indoflyer)
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden ke-3 RI BJ Habibie meninggal dunia di usia 83 tahun, kemarin. Sepanjang hidupnya, banyak sumbangsih yang diberikan terhadap negeri ini, khususnya di bidang pengembangan teknologi.
Habibie didapuk oleh Presiden ke-2 RI Soeharto sebagai Presiden Direktur PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio, yang didirikan pada 26 April 1976. Perusahaan yang sempat berganti nama jadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada 1 Oktober 1985. Pada era IPTN ini, Habibie sukses meluncurkan uji coba terbang pesawat N250 pada 10 Agustus 1995.
Sebelum itu, Habibie sangat berperan dalam pengembangan pesawat CN235 dikembangkan sejak 1979 bersama CASA Spanyol. Pesawat tersebut telah mengalami banyak pengembangan, dan digunakan sejumlah negara. Pesawat ini awalnya dirancang bermesin turboprop dan mampu membawa 35 penumpang.
Pesawat N250 flying test bed (photo : Alain Michot)
Pesawat ini diperkenalkan kepada publik untuk pertama kalinya pada September 1983. Sejak itu, PTDI dan CASA melakukan penjualan CN235, di dalam dan luar negeri. Selain dunia dirgantara, yang membesarkannya, Habibie punya pembentukan PT IPTN, PT PAL, PT INKA, dan PT PINDAD.
Habibie juga sempat menggarap proyek kelanjutan dari N250 atau R80 Regioprop beberapa tahun lalu. Ia mendirikan PT Regio Aviasi Industri (RAI) yang dibentuk oleh Habibie pada 2012.
Pesawat N-250 dengan R80 sangat berbeda sekali. Perbedaanya di antaranya dari ukuran, R80 jauh lebih besar dari pada N-250, karena R80 memiliki daya tampung hingga 80 kursi sementara N-250 hanya 50 kursi.
Rancangan pesawat N2130 (image : Kaskus Militer)
Selain itu, sayap pesawat jauh lebih besar dan panjang, karena ukurannya lebih besar jadi diperlukan sayap yang besar untuk mengangkat beban. Landing Gear juga jauh lebih besar dikarenakan badan pesawat lebih besar dari pada N-250. Pesawat ini ditargetkan terbang pada 2022.
Sebelumnya Habibie juga belum menuntaskan proyek pengembangan pesawat jet N2130 sebagai pengembangan N250 yang bermesin baling-baling.
Namun, warisan-warisan Habibie masih banyak lagi, seperti paten-paten di bidang teknologi termasuk dunia aviasi. Tak ayal, banyak kenangan yang dirasakan oleh orang-orang terdekat BJ Habibie antara lain di PT Dirgantara Indonesia (DI). Termasuk Elfien Goentoro sebagai Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (Persero) yang menjadi murid dari Habibie di PT DI.
Desain pesawat R80 (image : R80)
"Beliau adalah menjadi founding father kami, tanpa ada beliau maka tak ada PT DI. Dia sosok pekerja keras. Beliau sosok panutan kami, kami yang ada di PT DI mudah-mudahan meneruskan cita-cita beliau dalam membangun kedirgantaraan," kata Elfien kepada CNBC Indonesia, Rabu (11/9)
Ia mengatakan Habibie adalah panutan bapak dalam ilmu kedirgantaraan Indonesia. Habibie masih menyempatkan diri menjadi profesor di Jerman untuk tetap berbagi ilmu kedirgantaraan.
"Yang paling berkesan bagi saya, beliau orang yang merendah tak menyombong, bagai sebuah padi yang semakin berisi semakin merunduk," katanya.
Pesawat CN235 flying test bed 2019 (photo : sweetagram)
Elfien bercerita, Habibie selalu jadi sosok yang selalu diminta pertimbangan dalam hal kedirgantaraan. Habibie tetap bersemangat membagikan ilmunya. Habibie terkenal dengan teori keretakan pesawat.
"Kalau bicara pada beliau lebih dari satu jam dengan kondisi beliau kurang sehat selalu melayani. Bagaimana ingin bekerja terus demi mengembangkan ilmu kedirgantaraan," katanya.
Ia mengatakan PT DI tentu tak akan mengecewakan Habibie, karena cita-cita Habibie Indonesia bisa merancang bangun pesawat sendiri sudah terwujud. Pesawat N219 yang dikembangkan PT DI sudah mendapatkan sertifikat terbang dan siap dipasarkan mulai tahun depan.
(CNBC)