Pesawat tempur Sukhoi Su-35 (photo : Sputnik)
Komite Senat Amerika Serikat meloloskan Indonesia dari sanksi embargo Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA).
CAATSA ialah Undang-undang sanksi embargo yang digunakan Amerika Serikat (AS) kepada suatu negara terkait aktivitas belanja peralatan militer negara bersangkutan ke Rusia yang notabene merupakan saingan dari AS. Selain Indonesia, ada dua negara lain yang terbebas dari CAATSA, yakni Vietnam serta India.
Hal ini diungkapkan oleh Senator dari Oklahoma, Jim Inhofe yang menganggap ketiga negara itu adalah sekutu strategis AS di Asia.
"Mereka (India, Vietnam dan Indonesia) merupakan sekutu strategis dan saat ini sedang membeli peralatan militer dari Rusia." "Namun pembelian itu harus tetap dilakukan sembari menunggu transisi militer ketiga negara tersebut." ujar Jim seperti dikutip dari Defenseworld.net, Senin (6/8). Menteri Pertahanan AS, Jim Mattis juga senada dengan Jim Inhofe.
Pada Juli lalu ia meminta Kongres AS untuk memberi pengecualian kepada ketiga negara
karena Indonesia, Vietnam dan India punya hubungan historis dengan Rusia, namun
sekarang mereka juga membeli persenjataan Made In USA. Permintaan Mattis akhirnya dikabulkan.
Walaupun demikian Trump sempat marah atas lolosnya ketiga negara tersebut dari sanksi embargo CAATSA, tapi dirinya tak berdaya lantaran Senat AS sudah bulat membuat keputusan.
Seperti diketahui Indonesia membeli 11 jet tempur Sukhoi Su-35 dengan metode imbal dagang.
Hal ini sempat membuat AS akan menjatuhkan sanksi embargo ke Indonesia layaknya tahun 1998 dulu.
Untuk India dan Vietnam malah lebih lagi belanja peralatan militer dari Rusia.
India yang paling jor-joran, negara Bollywood itu diketahui sebelumnya melakukan kerjasama militer segala lini dengan Rusia dalam pembuatan bersama Main Battle Tank T-90 Tagil, Sukhoi Su-30 versi India hingga Rudal Brahmos dan masih banyak lainnya seperti pembelian kapal selam bertenaga nuklir.
Vietnam juga hampir serupa dengan India, dalam inventory alutsistanya hampir semua made in Rusia.
Miris memang, lantaran dulu senjata-senjata itu digunakan untuk menggebuk AS dalam perang Vietnam yang sekarang malah dianggap sekutu strategis dalam menghadapi agresivitas Tiongkok di Laut China Selatan.
(TribunNews)