Prototype N219 ke-3 dan ke-4 yang tidak akan digunakan untuk terbang, melainkan untuk menguji Kekuatan Struktur dan Kelelahan yang dimasukkan ke dalam Laboratorium MMC, PTDI. (photo : PTDI)
Jakarta - Uji terbang pesawat N219 alias Nurtanio memasuki waktu tempuh 18 jam. Angka ini terus bertambah hingga sekitar 300 jam terbang di penghujung tahun ini.
Sekretaris Perusahaan PT Dirgantara Indonesia (Persero) (PTDI) Ade Yuyu Wahyuna mengatakan jadwal uji terbang dilakukan sesuai dengan rencana. Jadwal uji terbang pun tidak serta merta dilakukan tiap minggu, akan tetapi didasarkan pada target 300 jam terbang hingga akhir tahun nanti.
"Itu kita kan sertifikasi 300 jam terbang, 325 jam atau 350 jam," kata Ade kepada detikFinance, Rabu (21/3/2018)
Uji terbang dengan waktu tersebut dibutuhkan sebagai syarat mendapatkan type certificate. Type certificate adalah sertifikasi kelaikan udara dari desain manufaktur pesawat. Sertifikat ini dikeluarkan oleh Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKUPP) Kementerian Perhubungan.
"Type certificate akhir tahun ini baru boleh diproduksi setelah 2019," ujar Ade.
Ade mengatakan, di 2019 PTDI akan memproduksi enam unit N219. Pesawat N219 tersebut langsung dipasarkan kepada maskapai yang sebelumnya sudah berminat membeli N219.
"2019 produksi langsung enam. Itu target kita memang lumayan," kata Ade.
(Detik)