Sinyal Varian Iver Huitfeldt class Akan Jadi Kapal Destroyer

17 Agustus 2021

HDMS Niels Juel F363 fregat Iver Huitfeldt class Denmark dengan paket persenjataan paling lengkap (photo : SeaWaves)

Sejak keinginan TNI AL untuk mengganti 6 fregat Van Speijk class dengan kapal baru dan 2 kapal diantaranya akan naik kelas menjadi Destroyer dikemukakan ke publik pada Januari 2018 lalu, publik selalu menunggu apa tipe kapal yang akan digunakan untuk kapal kelas Destroyer TNI AL ini.

Pada tanggal 30 April 2020 telah dilakukan penanda-tanganan preamble contract untuk akuisisi 2 varian fregat Iver Huitfeldt class antara Kementerian Pertahanan dan Odense Maritime Technology (OMT) dari Denmark. Dalam kotrak tersebut disebutkan kata "variant" yang berarti bahwa Indonesia tidak akan sepenuhnya menggunakan design asli fregat Denmark ini dan akan ada beberapa penyesuaian desain.

Langkah kustomisasi fregat Iver Huitfeldt semakin terlihat ketika PT PAL mengajak konsultan perkapalan Jerman MTG Marinetechnik, dan konsultan engineering Turki FIGES AS untuk turut serta, hal ini dilakukan pada bulan April 2020, bulan yang sama dengan penanda-tanganan preamble contract. Sudah lebih dari setahun prosesnya berjalan sehingga rasa penasaran publik semakin bertambah.

2 meriam utama Oto Melara 76mm fregat Iver Huitfeldt (photo : Seaforces)

Pada program Minimum Essential Force (MEF) yang akan berakhir tahun 2024, sejumlah kapal diharapkan dapat melengkapi armada TNI AL. Artikel yang membahas hal ini pernah dimuat di Kompas edisi 16 Januari 2018 dimana untuk armada TNI AL ditargetkan pada akhir MEF telah mempunyai kekuatan 190 KRI dan 4 kapal diantaranya merupakan kapal bertipe Destroyer/Perusak.

Keinginan untuk mengoperasikan 4 kapal destroyer bukanlah suatu harapan yang tinggi sekali karena TNI AL pada satu periode pernah mengoperasikan 8 destroyer kelas Skorry sekaligus pada tahun 1960-an. Sebelumnya, pada tahun 1951 TNI AL juga mempunyai KRI Gadjah Mada (II) kapal surface combatant pertama dalam bentuk destroyer/kapal perusak N-class sebagai pemberian dari Belanda. 

Dalam penyebutan tipe kapal di TNI AL dikenal istilah "Kapal PKR (Perusak Kawal Rudal)" untuk menyebutkan kapal eskorta dengan bobot diatas 1.000 ton yang dilengkapi dengan rudal (anti kapal), sehingga muncul PKR Korvet, PKR Fregat dan PKR Destroyer. Khusus untuk Destoyer istilah lengkapnya disebutkan sebagai "PKR Destroyer (AAW)". AAW disini merupakan kepanjangan dari Anti Air Warfare, jadi jelaslah bahwa kapal Destroyer TNI AL akan menjadi payung udara bagi kelompok kapal tempur.

Konfigurasi persenjataan pada HDMS Niels Juel 363 (image : Seaforces)

Channel berita pertahanan dalam format video Sobat Militer pada edisi 13 Agustus 2021 membuat tayangan "Konfigurasi Senjata Fregat Iver Huitfeldt" dimana untuk varian Indonesia, disebutkan bahwa kapal akan mempunyai LOA (length overall) sepanjang 143,57 meter, artinya kapal akan lebih panjang 4,86 meter dari dimensi aslinya sebesar 138,71 meter. Persenjataan utama kapal selain 2 kanon 76 mm, CIWS 35 mm dan 2 peluncur torpedo adalah : 
-Medium Range SAM VLS 3 x 8 cells, 
-Long Range SAM VLS 4 x 8 cells, 
-Long Range SSM VLS 2 x 8 cells.

Pada sisi yang lain persenjataan fregat Iver Huitfeldt class yang paling lengkap dan gambarnya pernah muncul ke publik adalah fregat ketiga yaitu HDMS Niels Juel (F 363) sebagaimana terlihat pada foto diatas. Sekarang kita dapat perbandingkan antara paket persenjataan terlengkap pada Niels Juel F363 dan varian Iver Huitfeldt untuk Indonesia pada tabel di bawah ini.

Dari konfigurasi persenjataan tersebut terlihat bahwa konfigurasi persenjataan varian Iver Huitfeldt Indonesia adalah sama persis dengan versi komplet fregat Denmark (perbedaan pada merek rudalnya saja), diantara keduanya yang berbeda hanyalah pada peluncur rudal SSM-nya saja. Terlihat bahwa kapal ini sanggup untuk melakukan serangan rudal secara salvo ke sasaran permukaan (kapal) dan sanggup untuk melakukan serangan rudal ke sasaran udara (pesawat terbang) dengan target yang multiple.

Perbedaan konfigurasi persenjataan antara HDMS Niels Juel (F 363) dan varian Indonesia (graphic : Defense Studies)

Untuk dapat melakukan serangan rudal dengan sasaran multiple kapal varian Indonesia mempunyai modal yang cukup karena dilengkapi kombinasi radar fixed array tipe AESA Hendsoldt TRS4D yang beroperasi pada C band sebagai multi function radar (MFR) dan radar MMSR 2000 yang beroperasi pada L band sebagai volume search radar (VSR). Kombinasi keduanya akan menghasilkan hasil deteksi dengan akurasi tinggi, cakupan (coverage) yang unggul, pencarian (search) yang luas, kapasitas pelacakan (track) yang cepat dan pemanduan rudal yang akurat yang dibutuhkan untuk serangan multi target. Dapat disimpulkan bahwa kapal telah mempunyai radar berkategori Anti Air Warfare.

Bahwa varian Indonesia lebih panjang hampir 5 meter kemungkinan adalah karena penyesuaian konfigurasi rudal dimana meskipun jumlahnya sama namun perletakannya berbeda, juga karena perubahan peluncur rudal SSM menjadi sistem VL. Perubahan ini akan menjadikan varian Indonesia bobotnya diperkirakan naik sekitar 5% menjadi panjang 143,57 m, + 6.900 ton sehingga akan melebihi fregat kelas FREMM Bergamini class (144,6 m, 6.700 ton). 

Untuk jarak jangkau rudal, TNI AL menganut standar yang sama dengan kaidah internasional yaitu : Short Range <10 NM (<20 km), Medium Range antara 10-50 NM (20-90 km) dan Long Range >50 NM (>90 km). Adapun Iver Huitfeldt sejatinya adalah fregat NATO dengan persenjataan dan peralatan standar NATO sehingga diperlukan ijin terlebih dahulu untuk memasang persenjataan dari blok timur, pada sisi yang lain Indonesia bukan termasuk sekutu AS, sehingga persenjataan asli yang berasal dari AS kemungkinan ijinnya susah diperoleh.

CIWS 35mm Rheinmetall Millenium Gun (photo : Seaforces)

Untuk jenis rudal permukaan ke udara saat ini TNI AL menggunakan rudal tipe Mistral Tetral (6 km), dan VL MICA (12 km), jika Prancis menolak penjualan rudal Aster ke Indonesia maka pilihan untuk rudal VL SAM berjarak medium di pasaran masih ada VL MICA NG (Prancis), CAMM (UK-Italia), Umkhonto (Afsel), K-SAAM (Korea) atau VL JSM (Norwegia) yang pernah dibawa di Indodefence. Sedangkan rudal jarak jauh yang ada di pasaran ada Barak 8 (Israel-India).

Untuk rudal permukaan ke permukaan (SSM) saat ini TNI AL menggunakan tipe rudal MM-40 Block II, MM-40 Block III, C-802/C-705 serta P-800 Yakhont, namun hanya rudal Yakhont saja yang memakai peluncur VL. Jika rudal Yakhont tidak diberikan ijin untuk digunakan di varian Iver Huitfeldt ini maka di pasaran pilihan untuk rudal VL SSM jarak jauh ini terbatas diantaranya yaitu rudal Brahmos (India-Rusia).

Jika konfigurasi radar dan persenjataan varian Iver Huitfeldt untuk Indonesia ini telah tuntas dan mendapat persetujuan Kemhan maka langkah selanjutnya tinggal masalah produksi saja. Jika tidak ada halangan, produksi akan dilakukan 100% di PT PAL sehingga PT PAL akan menjadi galangan kedua setelah ASC shipyard (pembuat Hobart class AWD Australia) yang membuat kapal sekelas Destroyer di ASEAN dan Oceania.

(Defense Studies)

Subscribe to receive free email updates: