Kanon utama fregat Iver Huitfeldt class dari Denmark (photo : Alamy)
Pekan lalu beredar kabar di kalangan defense netizen bahwa spesifikasi teknis atas persenjataan fregat Iver Huitfeldt class untuk Angkatan Laut Indonesia telah selesai diputuskan.
Adapun konfigurasi persenjataan fregat Iver Huitfeldt untuk Indonesia adalah :
-1x Leonardo 76 mm, meriam utama,
-1x Rheinmetall Milenium 35 mm, meriam CIWS,
-Leonardo A244/S Mod-3, torpedo,
-MBDA Exocet MM40 Block 3, 8 cells, rudal anti kapal,
-MBDA VL Mica, 16 cells, rudal pertahanan udara,
-2x FN M3 12.7 mm,
-2x Torpedo Decoy System,
Defense Studies telah melakukan konfirmasi pada sumber yang dapat dipercaya bahwa spesifikasi ini benar sebagai persenjataan standar dengan sistem sebagian besar FFBNW (fit for but not with).
Modul Stanflex
Odense Steel Shipyard mendapatkan kontrak konstruksi pembangunan 3 fregat dari Kementerian Pertahanan Denmark pada tahun 2006 senilai USD 850 juta atau senilai USD 283 juta per kapal, kontrak Odense tidak ada hubungannya dengan pengadaan senjata, AAW (anti air warfare) dan integrasi sistem. Integrasi persenjataan dan sensor dilakukan oleh DALO (Denmark's Defence Acquisition and Logistic Organization).
Persenjataan fregat diperoleh dengan melakukan daur ulang atas persenjataan dengan sistem modul Standard Flex (Stanflex) yang sebelumnya digunakan untuk kapal patroli Flyvefisken class, Knud Rasmussen class (OPV) dan Absalaon class (Auxilary Ship). Dari ketiga tipe kapal ini Iver Huitfeldt mendapatkan persenjataan meriam 76mm Oto Melara, peluncur torpedo MU-90, senapan mesin 12,7mm, meriam CIWS Rheinmetall 35mm, peluncur rudal anti kapal Harpoon Block II, dan peluncur rudal anti pesawat jarak pendek RIM-162 ESSM.
Modul StanFlex (juga dikenal sebagai STANFLEX atau Standard Flex) adalah sistem muatan misi modular yang dipergunakan oleh Angkatan Laut Kerajaan Denmark (Kongelige Danske Marine). Dengan adanya stanflex ini maka dalam konstruksi kapal ada pemisahan antara platform (hull) dan payload (mission system). Setiap modul dibungkus kontainer baja tahan karat berukuran panjang 3 meter, lebar 3.5 meter dan tinggi 2.5 meter. Mesin yang presisi memastikan bahwa setiap modul bisa cocok dengan koneksi untuk tenaga listrik, ventilasi, komunikasi, air, dan data. Senjata atau sistem dipasang di atap kontainer, sedangkan mesin-mesin, elektronik dan peralatan pendukung ditempatkan di dalam kontainer. Konsol Standar ditempatkan di ruang Combat Information Centre (Pusat Informasi Tempur).
\
Fregat Iver Huifeldt yang pertama terdiri dari 6 modul stanflex, sistem modul ini terus dilakukan pengembangan hingga sekarang bisa didapatkan 12 modul stanflex, dari mulai meriam utama hingga ke RHIB dibuat menjadi modul tersendiri. Dengan adanya modul stanflex ini maka persenjataan fregat ini dapat dibongkar pasang atau dipertukarkan dengan mudah dengan kapal lainnya yang juga memakai modul stanflex dalam waktu yang singkat.Untuk modul Stanflex ini dalam kontrak pembangunan Iver class versi Indonesia sudah terkonfirmasi tidak masuk.
Komparasi persenjataan standar Iver versi Denmark dan Indonesia
Denmark melakukan daur ulang persenjataan pada fregat Iver Huitfeldt class hampir pada semua persenjataannya karena tersedia stok dan dirawat dengan baik serta dibuatkan modul-modul tersendiri (modul stanflex), itulah sebabnya biaya fregat ini menjadi murah. Indonesia tidak melakukan daur ulang namun membeli baru untuk persenjataan fregat ini.
Antara Denmark dan Indonesia persenjataan standar fregat Iver class adalah serupa, kalaupun ada perbedaan jumlah dan merek itu karena alasan commonality dengan produk sejenis di kapal lainnya, Yang berbeda diantara keduanya adalah rudal VLS nya, berikut adalah komparasi persenjataan selain VLS.
Vertical Launching System
Dengan bobot standar kapal 5.900 ton dan bobot maksimal 6.645 ton tentu saja banyak persenjataan yang dapat ditampung di fregat dengan ukuran dek senjata sekitar 12,0x17,5m ini. Meskipun Iver class versi Denmark dan Indonesia keduanya sama-sama memiliki radar fixed array AESA dengan jangkauan yang cukup jauh namun terlihat ada perbedaan persenjataan versi Denmark dan Indonesia khususnya pada pilihan rudal Vertical Launching System untuk pertahanan udara, kita dapat melihatnya dalam beberapa tahapan.
Tranche 1
Denmark memilih Raytheon RIM-162 ESSM (24 cells) sebagai rudal jarak pendek, karena alasan commonality dengan rudal yang dipakai pada kapal AL Denmark lainnya.
Indonesia memilih rudal MBDA Mica (16 cells) sebagai rudal jarak pendek, karena alasan commonality dengan rudal yang dipakai pada fregat Martadinata class dan Bung Tomo class.
Tranche 2
Denmark memilih Raytheon Standard Missile SM-2 sebagai rudal pertahanan udara jarak menengah setelah memenangkan persaingan dengan MBDA Aster 30 VL. Dalam catatan SIPRI pesanan rudal SM-2 dilakukan pada tahun 2018.
Indonesia belum memilih rudal jarak menengah karena belum ada kapal TNI AL yang dipersenjatai dengan rudal jarak menengah. Namun jika melihat Rencana Kebutuhan TNI AD tahun 2020-2014, salah satu kontestan untuk rudal jarak menegahnya adalah MBDA Aster 30 VL, rupanya peluang untuk commonality rudal pertahanan udara jarak menengah ada disini.
Tranche 3
Pada tahapan ini AL Denmark akan melakukan penggantian meriam utama dari kaliber 76mm menjadi kaliber 127mm yang diikuti dengan penambahan rudal jelajah serang darat Tomahawk, tentu saja sebagai anggota NATO Denmark bisa mendapatkannya.
Masih belum jelas apakah Indonesia akan berhenti dengan tranche 2 atau meneruskan persenjataan kapal ini untuk menjadi destroyer dengan beberapa tambahan persenjataan.
Dengan telah selesainya pemilihan atas paket persenjataan, paket sensor, serta paket Combat Management System maka fregat Iver Huitfeldt class untuk Indonesia telah siap untuk dibuat di galangan kapal PT PAL Surabaya.
(Defense Studies)