Kompi Nubika (Nuklir-Biologi-Kimia) TNI AD (photo : Kopassus)
JAKARTA - Wabah COVID-19 atau virus Corona menyebar ke berbagai belahan dunia. Korban akibat virus asal Wuhan ini terus berjatuhan. Tidak terkecuali ke Indonesia.
Pengamat pertahanan dan militer, Connie Rahakundini Bakrie menilai Indonesia harus menjadikan wabah Corona sebagai pelajaran atau latihan menghadapi perang senjata biologi ke depan.
Kendati demikian menandaskan tidak perlu diperdebatkan tentang virus Corona senjata biologi atau bukan.
Mobil dekontaminasi TNI AD (photo : DitZi)
"Jangan lagi dibahas tentang senjata biologi atau bukan, tapi kita harus siap hadapi senjata biologi. Ini bisa menjadi latihan, karena ke depannya bentuk rupanya akan berubah," kata Connie Rahakundini Bakrie kepada SINDOnews, Jumat (20/3/2020).
Apalagi, lanjut dia, ada penelitian tahun 2003 silam yang memprediksi tahun 2017 hingga tahun 2023 mendatang kebutuhan pasar tentang bagaimana deteksi, proteksi, dekontaminasi dan lain-lain itu akan meningkat 5%.
"Bayangkan 2017 sampai 2023," katanya.
Dekontaminasi di KRI Dr Soeharso (photo : Koarmada2)
Dia tidak menutup kemungkinan serangan virus muncul pada tahun tahun berikutnya. "Dengan adanya statement begitu, harus kita asumsikan sampai 2023 ini masih ada serangan lain, namanya bisa Corona, bisa Corona yang bermutasi saya enggak tahu," sambungnya. (SindoNews)
Bisa Saja Virus Corona Diubah Jadi Senjata Perang
JAKARTA - Pengamat Pertahanan dan Militer, Connie Rahakundini Bakrie menilai, tidak menutup kemungkinan bahwa virus corona atau COVID-19 menjadi senjata biologi. Namun kata dia, awalnya virus seperti corona itu diciptakan bukan untuk senjata biologi.
"Bahwa kemudian diubah menjadi senjata perang atau biological warfare (Peperangan dengan senjata biologi-red), itu sangat sekali mungkin," ujar Connie Rahakundini Bakrie kepada SINDOnews, Jumat (20/3/2020).
Penjemputan alat test-kit dari China oleh TNI AU (photo : TribunNews)
Menurutnya, tren peperangan ke depan akan menggunakan senjata yang biayanya paling murah. "Kalau misalnya kita mau ukur, dalam peperangan biasa, 1 kilometer persegi itu kalau senjatanya konvensional ya, itu perlu 2.000 dolar Amerika Serikat," katanya.
Sedangkan peperangan menggunakan nuklir kata Connie, membutuhkan 800 dolar Amerika Serikat. "Pakai senjata biologi semacam virus ini hanya 1 dolar Amerika Serikat," tuturnya.
Maka itu, virus semacam corona tergolong murah ketimbang menggunakan senjata konvensional ataupun perang dengan nuklir. "Daripada pakai senjata konvensional, ribet, terawasi, terlihat, atau nuklir yang besar, kelihatan gitu kan, maka paling murah itu senjata biologi," imbuhnya. (SindoNews)