Fregat Iver Huitfeldt Angkatan Laut Denmark (photo : Michael Leek)
Rapat Pimpinan (Rapim) TNI 2021 di Cilangkap, Jakarta diwarnai dengan banyak kejutan, semua media massa turut memuat rencana belanja alutsista dalam masa 2020-2024, salah satunya juga muncul di DefenceHub tanggal 16 Februari lalu. Dinamika perkembangan lingkungan strategis kawasan, peningkatan anggaran pertahanan, target waktu Minimum Essential Force, perkembangan teknologi, detteren effect, faktor combat proven, sangsi CAATSA dan keinginan memajukan industri pertahanan dalam negeri ditengarai turut mewarnai keputusan yang akan diambil.
Sejumlah alutsista jenis baru muncul dalam Rapim kali ini, jenis baru yang dimaksudkan disini adalah jenis yang belum dioperasikan TNI saat ini. Jumlah yang disebutkan akan membuat kita mengernyitkan dahi, oleh karenanya kita hanya akan bahas tipenya saja dari ketiga angkatan.
Kapal selam mini/midget submarine Type 310 dari Jerman (photo : Boris Jorgen)
ANGKATAN LAUT
1. Fregat multirole 140m
Penyebutan fregat dengan panjang 140m membuat bias, artinya masih belum menunjuk pada tipe fregat tertentu. Seperti kita ketahui 2 fregat Iver Huitfledt (138m, 6.600 ton) adalah kontrak carry over dengan menggunakan anggaran 2014-2019. Saat ini untuk anggaran 2020-2024 Kemhan selain tetap mempertimbangkan fregat Iver Huitfeldt diketahui juga sedang menggodok tawaran fregat kisaran 130-140 meter lainnya yaitu : FREMM dari Italia (144 m, 6.700 ton), 30FFM dari Jepang (132m, 5.500 ton), dan Omega dari Belanda (144m, 6.000 ton), tidak menutup kemungkinan sodoran baru dari Prancis.
Selain fregat baru sebenarnya ada mata anggaran fregat interim (second) untuk menunggu fregat baru bisa bertugas, namun ternyata tidak muncul dalam materi.
2. Kapal selam
Seperti telah diduga sebelumnya untuk kapal selam baru tipe Reis class (Type 214 varian Turki, 1.800 ton) dan Riachuelo SBR class (Scorpene varian Brazil, 2.000 ton) akan muncul sebagai kandidat baru kapal selam Indonesia. Yang mengejutkan adalah munculnya kapal selam mini Type 310 (31 m, 310 ton) buatan galangan Nordseewerke Emden (NSWE) Jerman -sebelumnya subsidiari TKMS- muncul sebagai kandidat kapal selam mini yang dipilih, dengan demikian Indonesia akan menjadi launch customer kapal selam mini yang mampu membawa 4 torpedo dan 2 SDV (swimmer delivery vehicle) ini.
Selain kapal selam baru dalam kurun hingga 2024 juga muncul mata anggaran kapal selam interim (second) untuk menunggu kapal selam baru. Jika dalam materi muncul tipe KSS 1 itu adalah Type 209-1200 yang diproduksi di Korsel dibawah lisensi (Changbogo class), seperti kita tahu bahwa Kemhan juga menjajaki Type 209-1400 milik AL Brazil.
3. Kapal cepat rudal
Kapal cepat rudal berkecepatan tinggi memang sedang diincar TNI AL, jika sekarang masih muncul panjang 52, 60, 62 meter itu artinya belum ada pilihan pasti. Hubungan pertahanan dengan Turki yang meningkat dalam sektor industri kapal angkatan laut mengingatkan kita bahwa kapal cepat rudal milik AL Turki mempunyai standar kecepatan maksimal antara 38-42 knot. Defense Studies berusaha menebak bahwa Kemhan sedang mengincar Kilic class (=pedang) buatan Golcuk shipyard yang didesain oleh Lurssen Jerman dengan panjang 62m dan top speed 42 knot sebagai platform kapal cepat rudal baru untuk menggantikan Mandau class.
4. Ground coastal missile defence
Pada akhir tahun 2020 telah ditanda-tangani MoU dengan KB Luch dari Ukraina untuk pengadaan sistem rudal pertahanan pantai, jenis rudal anti kapal RK-360MC Neptune. Dengan rudal P-360 jarak jangkau sistem ini diklaim mampu mencapai sasaran laut berjarak 300 km.
ANGKATAN UDARA
1. Pesawat tempur
Diantara kandidat Su-35, Typhoon dan F-16V akhirnya muncul dua pesawat tempur baru yang disebutkan disini yaitu Rafale dan F-15EX. Keduanya akan mengisi 3 skadron baru dan 1 skadron pengganti F-5. Pesawat F-15EX muncul karena Menhan menolak tawaran F-16V Amerika dan meminta tawaran pesawat tempur dengan 2 mesin. Dengan demikian Indonesia menjadi negara pertama di luar AS yang akan mengoperasikan pesawat F-15EX.
Lalu pertanyaannya kemana pesawat tempur KF-X/IF-X ? Ketersediaan pesawat tempur KF-X/IF-X adalah tahun 2026, dengan demikian pesawat tempur ini akan masuk pada periode 2025-2029 saat skadron tempur TNI diproyeksikan menjadi 14 skadron, atau bertambah dengan 3 skadron baru.
2. Pesawat angkut
Seperti diduga pilihan pengganti C-130B/H Hercules adalah pada C-130J Super Hercules. AU membutuhkan pesawat ini sebagai pengisi Skadron Udara 33 di Makassar dan pengganti C-130B yang sudah tua.
3. Pesawat tanker
Untuk pesawat tanker tertulis MRTT, berarti pilihannya adalah Airbus MRTT sebagai pesawat tanker keluaran Airbus yang saat ini juga dipakai AU Australia dan Singapore. Memang kandidat saat ini adalah Boeing KC-46 dan Airbus MRTT, keduanya harus dapat dilakukan perawatan dan pemeliharaan oleh GMF. Banyaknya populasi A-330 dibandingkan Boeing 767 sebagai platform MRTT dan KC-46 rupanya jadi penentu pesawat yang dipilih.
4. Radar GCI
Jika radar GCI akan diakuisisi dalam jumlah banyak dapatlah itu dipahami, karena ada carry over dari rencana pengadaan 2014-2019 ditambah pengadaan baru 2020-2024. Mengenai tipenya yang belum ditentukan karena belum ada yang dipilih saat ini, kemungkinan belum tercapai kesepakatan dengan kandidatnya yang terdiri dari ThalesRaytheon Master T/GM 400. Leonardo RAT 31 DL/M, ataukah Lockheed Martin TPS-77. Sebagaimana diketahui radar GCI masuk dalam 7 prioritas industri pertahanan yang harus dikuasai teknologinya sehingga masalah Transfer of Technology menjadi tema sentral.
5. Pesawat AEW
Jenis pesawat ini tidak ada dalam materi, namun dibutuhkan dalam MEF tahap akhir ini, tetapi gambarnya muncul dalam paparan Kasau. Jelas sekali bahwa foto tersebut adalah pesawat AEW&C Saab Erieye.
ANGKATAN DARAT
1. Pesawat tilt rotor
Diluar dugaan banyak pihak keinginan mengakuisisi pesawat tilt rotor V-22 Osprey mendapatkan banyak dukungan dari defense netizen. Meskipun harga pesawat ini mahal namun dengan pesawat ini TNI dapat mendaratkan pasukan khusus di lokasi hotspot (Natuna misalnya) dalam hitungan jam secara langsung (tanpa berhenti) dan mendarat laksana helikopter (artinya disembarang titik, tidak harus di bandara).
2. Helikopter serbu
Keinginan untuk menyandingkan helikopter serang Apache dengan helikopter serbu Blackhawk (dengan autopilot) rupanya telah terakomodasi pada periode ini. Kapasitas angkut heli ini 2X helikopter Bell 412 EPI yang sekarang dipakai.
3. Modernisasi persenjataan infanteri
Mortir 120mm, rudal Stinger FIM-92, peluncur roket Carl Gustav M3E1, senapan mesin FN Minimi, senapan runduk (sniper rifle) akan melengkapi kompi pasukan infanteri selain senapan serbu standar, pasukan infanteri tertentu (kemungkinan Kostrad) akan menjadi pasukan super dengan kelengkapan ini.
Ketiga angkatan juga mencantumkan UAV sebagai alutsista yang akan diakuisisi, namun dari tipe apa yang akan dipilih tidak ada keterangan yang menyertainya. Mungkin sambutan dari Panglima TNI tentang kehebatan drone Bayraktar TB2 dari Turki memberi pesan bahwa inilah UAV yang cocok untuk AD.
Dalam penyusunan anggaran Kementerian Pertahanan dikenal istilah Yellow book (pengajuan kebutuhan dari TNI ke Kemhan), Blue book (telah diverifikasi Kemhan dan Bappenas serta sesuai dengan RPJMN/MEF) dan Green book (telah mendapatkan sumber pembiayaan dan persetujuan Kemenkeu). Dari daftar diatas tentu saja masih akan dinamis sepanjang belum ada kontrak yang ditanda-tangani, dan penentunya adalah Kemenhan, Bappenas dan Kemenkeu.
(Defense Studies)